Entri Populer

Jumat, 20 Juni 2014

BaekYeol Couple EXO FanFiction // True Story Of Baekyeol Couple #chapter1

 

Title : True Story Of Baekyeol Couple #chapter1
Cast : Byun Baekhyun (EXO), Park Chanyeol (EXO), and all EXO member.
Genre : Membership
Warning : Typo's everywhere. Dont read if you not like.
Note : Ini bikinan saya meski rada absurd. Tolong jangan jadipembaca gelap ^^
Summary : 'Baekyeol couple? Cih! Mendengarnya saja aku muak! Untuk apa mereka menciptakan hal semacam itu? Sangat konyol! Oke baiklah! Mungkin ini semua salahku. Fans membuat hal semacam itu karena ulah ku. Tapi tau kah mereka? Itu bukan karna aku sangat dekat dengan dia! Aku membenci nya! Bahkan sejujurnya, aku sangat muak dekat dengan nya. Tapi ku tau aku harus profesional. Aku tau aku harus membuat fans senang. Tapi aku sangat menyesal melakukan nya. Dan sesungguhnya, kedekatan ku di mata semua fans bukan karena salah ku.'
Author : Oh Shara
Facebook : Andini Annarchy Rusli (Andin)

Cover by : LidyaKim Art






-Author POV-
"Kau harus menciptakan couple ini senyata mungkin! Kau harus dekati dia, tertawa dengan nya, melakukan hal konyol dengan nya. Dan lain semacam nya. Terserah apa yang akan kau lakukan agar couple ini tercipta. Aku tidak hanya menyuruh mu, aku juga menyuruh Luhan melakukan ini. Jadi lakukan lah yang terbaik. Tunjukkan pada semua media dan fans bahwa couple mu itu real!"
"Baiklah..."
*
Baekhyun memejamkan matanya sambil menyandarkan kepala nya pada sebuah kursi yang ada di balkon dorm EXO. Kini, dia sedang duduk di kursi sambil memandangi pemandangan di sekitar balkon. Menghirup udara segar yang tercipta dan merasakan hembusan angin yang menerpa nya.
"Baekkie hyung.." Baekhyun tau siapa yang memanggil nya. Untuk itu, ia enggan membuka mata dan menjawab sapaan dari orang yang memanggil nya.
"Halo, hyung! Kau sedang apa?"
Kembali suara itu menyapa Baekhyun. Namun Baekhyun masih tetap pada posisi nya.
"Aishh hyung!" Desis orang itu.
Baekhyun tetap saja mengacuhkan seseorang yang kini berada di dekatnya. Sampai kemudian, Baekhyun merasakan seseorang itu mencubit pipi nya dan itu sangat mengganggu nya.
"Yakk!! Bisakah kau diam hah? Jangan mengganggu ku! Paham?!" Bentak Baekhyun.
"Kkk~ mianhae, hyung. Salah sendiri kau mengacuhkan ku." Jawab seseorang itu sambil tersenyum lebar.
Baekhyun malas berlama-lama berhadapan dengan orang yang kini sedang tersenyum lebar dan memamerkan deretan gigi rapih miliknya di depan Baekhyun. Kemudian, Baekhyun pergi meninggalkan seseorang itu sendiri.
*
"Banyak sekali foto ku ketika sedang bersama nya yang beredar! Ingin sekali rasanya aku menghapus semua foto ini dari internet! Namun sayang, aku takkan bisa melakukan nya. Tsk!" Guman Baekhyun menyunggingkan bibirnya sambil terus melihat-lihat foto di internet melalui gadget nya.
"Hyung!!" Teriak seseorang memanggil Baekhyun. Baekhyun mengacuhkan panggilan itu dan dengan segera menutup tampilan internet di layar gadget nya. Ia sangat tak ingin jika seseorang itu melihat apa yang sedang dia lakukan.
"Hyung, geser! Aku ingin tidur!" Celoteh orang itu.
"Ambil ini. Dan tidurlah di lantai. Aku tak ingin tidur dengan mu!" Jawab Baekhyun sambil melempar bantal dan guling ke lantai.
"Tapi hyung, kau selalu saja begitu semenjak sekamar dengan ku. Aku ingin tidur di atas ranjang dengan mu, hyung." Jawab orang itu.
"Jika kau tak ingin tidur di lantai, biar aku yang tidur di kamar Chen dan Luhan!" Kata Baekhyun.
"Ani, hyung! Jangan! Baiklah! Aku akan tidur di lantai." Jawab orang itu.
"Bagus. Dan ingat? Kau harus bangun lebih awal dari member yang lain nya dan pindah ke atas kasur, supaya member lain tak tau jika kau tidur di lantai. Tapi ingat! Kau pindah ke atas hanya saat pagi menjelang. Jika kau berani pindah saat pagi tidak menjelang, kau akan tau akibatnya!" Jelas Baekhyun.
"Ne! Arraseo hyung!" Jawab orang itu. Kemudian Baekhyun tidur membelakangi orang itu.
"Hyung.." Panggil orang itu.
Baekhyun tak menjawab.
"Hyung..." Panggilnya lagi.
Baekhyun tetap tak menjawab.
"Baekkie hyung.."
"Diamlah, Park Chanyeol!" Bentak Baekhyun.
"Baiklah. Selamat tidur." Kata Chanyeol.
Baekhyun tidak menjawab dan kemudian memejamkan matanya untuk tetidur.
*
"Hyung, apakah kau ingin menemani ku?" Tanya Chanyeol.
Baekhyun diam tak menjawab. Kenapa? Karena sudah jelas bahwa Baekhyun membenci Chanyeol.
"Hyung, temani aku membeli topi baru untuk koleksi topi ku." Ajak Chanyeol.
"Hyung.." Kata Chanyeol sambil menggoyang-goyangkan tubuh Baekhyun karena tak mendapat respon.
"DIAM! Aku tak mau! Pergi dari hadapan ku SEKARANG!" Bentak Baekhyun sambil mendorong Chanyeol dengan kasar.
"Kkk~ baiklah, hyung." Jawab Chanyeol sambil tertawa.
Tidak tidak. Sebenarnya Chanyeol sedih. Tapi jelas saja dia tak menunjukkan nya, karena ingat? Chanyeol adalah Happy Virus. Kemudian Chanyeol meninggalkan Baekhyun seorang diri.
"Cih! Untuk apa sih dia terus mendekati ku?!" Gerutu Baekhyun marah.
*
"HunHan is real!" Teriak para fans.
Sedangkan Sehun dan Luhan tersenyum mendengar itu dan tak henti nya menunjukkan kedekatan mereka di depan semuanya.
Sekarang, EXO sedang mendatangi acara MAMA. Dan kini adalah giliran EXO bercengkrama dengan para fans nya karena mendapat sebuah penghargaan dari MAMA.
"Baekyeol is real! Is real! Yakk! Baekyeol!!" Teriak para fans.
Mendengar teriakan para fans, itu membuat Baekhyun kesal. Tapi mau bagaimana lagi? Baekhyun haruslah berpura-pura senang dengan semua itu.
Chanyeol kemudian berlari mendekati Baekhyun dan berbisik, "Hyung, kau dengar itu?"
Baekhyun memutar bola mata nya malas. Kemudian menggandeng tangan Chanyeol. Dan tindakan nya itu membuat para fans berteriak senang.
"Yeeeeyy!! HunHan and Baekyeol is real!" Teriak para fans.
'Sampai kapan ini harus terjadi?' Umpat Baekhyun di dalam hatinya.
Selama acara berlangsung, Baekhyun tak henti-henti nya terpaksa berdekatan dengan Chanyeol. Dan itu sangat membuatnya muak. Bahkan, saat EXO duduk di kursi artis nya pun, Baekhyun haruslah bersikap seperti itu. Sedangkan Chanyeol, ia tak henti-henti nya memamerkan senyum lebar nya. Ia sangat senang Baekhyun tidak bersikap dingin padanya.
*
"Hyung, kenapa mesti kita yang mendapat tugas ini ya? Padahal masih banyak yang lain nya." Keluh Baekhyun pada Luhan.
 Kini mereka sedang berada di kamar Baekyeol.
"Molla." Jawab Luhan.
"Kapan kita akan berhenti seperti ini, hyung?" Tanya Baekhyun.
"Tanyakan saja pada agensi." Jawab Luhan.
"Apa kau senang melakukan nya?" Tanya Baekhyun lagi.
"Tentu saja." Jawab Luhan.
"Itu artinya, kau senang berpura-pura hyung." Terka Baekhyun.
"Maksudmu?" Tanya Luhan bingung.
"Kau senang berpura-pura seolah kau sangat dekat dengan Sehun, seakan HunHan couple itu real." Jawab Baekhyun.
"Anio. Siapa bilang? Aku tidak berpura-pura." Sangkal Luhan.
"Lalu??" Kini giliran Baekhyun yang bingung.
"Aku senang dekat dengan Sehun. Bahkan sangat senang. Tak masalah jika pada akhirnya HunHan couple tercipta, karena aku memang senang dekat dengan Sehun. Sehun anak yang polos dan baik." Jawab Luhan.
"Sungguh beruntungnya kau." Celetuk Baekhyun.
"Apa maksud mu?" Tanya Luhan heran. "Agensi menyuruh mu menciptakan HunHan couple yang real dan kau dengan senang hati melakukan nya karena kau senang dekat dengan Sehun. Jadi, perintah agensi sama sekali tak membebani mu." Kata Baekhyun.
"Kkk~ tentu saja." Jawab Luhan.
"Beda rasanya denganku.." Gumam Baekhyun.
"Apa yang kau katakan?" Tanya Luhan meminta Baekhyun mengulangi ucapan nya barusan karena terdengar tidak jelas oleh Luhan.
"Ani, hyung. Bukan apa-apa." Jawab Baekhyun sambil tersenyum.
"Bagaimana dengan mu, Baekkie??" Tanya Luhan.
"Apa nya yang bagaimana, hyung?" Baekhyun bingung.
"Apa kau senang melakukan nya?" Tanya Luhan.
"Apa aku harus menjawab jujur atau berpura-pura?" Baekhyun balik bertanya.
"Aku tak mengerti." Kata Luhan.
"Tak usah kau mengerti, hyung." Jawab Baekhyun.
"Tapi aku ingin kau menjawab jujur, tak ada kepura-puraan." Kata Luhan.
"Baiklah. Aku tidak senang melakukan nya. Ini sangat membebani ku." Jawab Baekhyun.
Luhan menaikkan kedua alisnya bingung, "Aku meminta mu menjawab jujur, Baekkie. Bukan berpura-pura. Jadi jawablah yang jujur."
Baekhyun memutar kedua bola mata nya malas, "Aku jujur, hyung."
"Hah?" Seru Luhan kaget.
"Wae?" Tanya Baekhyun heran.
"Apa kau tak senang? Waeyo? Padahal Chanyeol namja yang baik dan ceria. Kau pasti senang selalu berada di dekatnya." Kata Luhan
. "Kau salah. Aku sangat tak senang berada di dekatnya. Aku membenci nya. Aku muak dengan nya." Jawab Baekhyun.
"Tapi setau ku, kalian sangat dekat dan akrab?" Tanya Luhan heran.
"Kau salah lagi, hyung. Kami sangat tidak dekat dan akrab. Di dorm saja, aku selalu mengacuhkan nya. Tapi aku bersyukur kalian tak menyadari nya." Jawab Baekhyun.
"A..aku tak percaya." Kata Luhan kaget.
"Kau harus mempercayai nya." Kata Baekhyun meyakinkan.
"Daridulu aku sudah sangat ingin menolak perintah agensi. Tapi kau tau, aku tak mempunyai kuasa. Agensi mungkin berhak melakukan nya demi EXO." Lanjut Baekhyun.
"Tapi kenapa kau membenci Chanyeol?" Tanya Luhan.
"Itu karena-"
"Halo hyung!" Ucapan Baekhyun terhenti saat seseorang tanpa ijin masuk dan menginterupsi pembicaraan nya dengan Luhan. Dan ketika tau siapa orang itu, Baekyun langsung emosi.
"Yakk! Bisakah kau bersikap sopan? Masuk ke kamar ku tanpa ijin. Kau pikir itu lucu hah?!" Teriak Baekhyun.
"Mianhae. Tapi kan ini juga kamar ku." Jawab Chanyeol.
"Sudahlah, Baekkie. Lagipula dia benar." Bela Luhan.
"Cih!" Baekhyun tak setuju dengan ucapan Luhan meski itu benar.
"Ada apa, Chanyeol-ah?" Tanya Luhan.
"Aku ingin mengajak Baekkie hyung untuk mengantar ku membeli topi. Kajja, Baekkie hyung!" Ajak Chanyeol dengan cengiran nya.
"Aku tak sudi mengantar mu!" Jawab Baekhyun.
"Kau bisa mengajak ku, Chanyeol-ah." Kata Luhan.
"Jinjayo? Wuaahh! Kajja, hyung! Luhan hyung baik mau mengantar ku, tidak seperti Baekkie hyung. Wleee. Hahaha" kata Chanyeol sambil memeletkan lidahnya ke arah Baekhyun lalu tertawa.
"Apa peduli mu?" Tanya Baekhyun sinis.
"Hyung, kau lebih memilih mengantar nya daripada menemani ku disini?" Tanya Baekhyun pada Luhan.
"Ne. Lagipula aku juga sedang ingin membeli beberapa topi." Jawab Luhan.
"Aishh." Desis Baekhyun.
"Kajja, Chanyeol-ah." Ajak Luhan. Kemudian Luhan dan Chanyeol pergi meninggalkan Baekhyun sendiri di kamarnya.
"Cih! Mengganggu saja!" Gerutu Baekhyun kesal.
*
Hari ini, sebagian dari member EXO sedang mengikuti acara Idol Champion. Baekhyun, Chanyeol, Suho, Luhan, dan Kai yang mengikuti nya sebagai perwakilan dari member EXO. Kini, mereka sedang diam dan beristirahat di pinggir lapangan. Suho dan Luhan sedang berbincang dengan member Infinite. Sedangkan Sehun, Kai, dan Chanyeol sedang berbincang dengan member B.A.P. Dan Baekhyun, sedang terduduk sendiri tak berminat untuk berbincang dengan member dari boyband atau girlband lain. Bukan berarti Baekhyun sombong, akan tetapi dia sedang dalam mood yang tidak baik. Jika mood nya sedang baik pun, dia lah yang paling bersemangat berbincang dengan yang lain nya. Di tambah, kondisi Baekhyun saat ini sedang tidak baik.
Sebenarnya, Suho telah melarang Baekhyun untuk tidak ikut serta dalam acara ini, akan tetapi Baekhyun sendiri lah yang memaksakan diri mengikuti nya. Jadi beginilah kondisi nya sekarang.
Peluh dan keringat terus keluar dari badan Baekhyun. Panasnya matahari saat ini memperburuk kondisi Baekhyun. Baekhyun ingin berdiri dari duduknya dan bergabung dengan yang lain nya, tapi jika dia berdiri, kepala nya akan terasa sangat pusing. Dan Baekhyun takut, jika dia beridiri, dia takkan bisa menopang berat tubuhnya dan malah ambruk jatuh pingsan. Baekhyun sangat tidak ingin pingsan di tempat umum. Dia tak ingin membuat cemas semua orang.
Tiba-tiba, Baekhyun merasakan ada suatu benda dingin yang menyentuh dahi nya. Dia mendongak dan mendapati Chanyeol tengah memegang handuk dingin dan menempelkan nya pada dahi nya. Melihat Chanyeol yang kini ada di hadapan nya sambil tersenyum lebar, itu seketika membuat mood Baekhyun bertambah buruk.
"Hyung, kau baik-baik saja?" Tanya Chanyeol prihatin.
"Aku baik-baik saja saat kau belum datang! Untuk apa kau kesini huh?!" Bentak Baekhyun. Tapi sedetik kemudian saat menyadari banyak kamera dan orang-orang di sekeliling nya, Baekhyun merubah sikapnya dan berubah bersikap lembut kepada Chanyeol.
"Chanyeol-ah, Duduklah. Cuaca nya panas. Sini berteduh di payungku." Kata Baekhyun lembut.
"Woahh? Jinja hyung?!" Tanya Chanyeol tak percaya.
"Ne. Kajja." Jawab Baekhyun.
Kemudian, Chanyeol dengan senang hati duduk di samping Baekhyun. Berdekatan dengan Baekhyun dan berbagi payung dengan nya.
"Hyung, ini. Kau pasti haus." Ujar Chanyeol seraya memberikan sebotol minuman dingin kepada Baekhyun.
"Ne. Gumawo." Kata Baekhyun sambil menerima minuman itu dan meminum nya.
"Cheonma, hyung." Jawab Chanyeol sambil tersenyum.
Setelah itu mereka sama-sama diam. Baekhyun diam karena tak berniat memulai percakapan dengan Chanyeol, di tambah kepala nya terasa semakin pusing. Dan Chanyeol diam karena bingung harus memulai percakapan darimana.
"Hyung, apa kau sakit?" Tanya Chanyeol akhirnya.
"Ani." Jawab Baekhyun.
"Tapi ku lihat kau seperti nya sedang sakit." Terka Chanyeol.
"Anio." Jawab Baekhyun singkat.
"Baiklah." Sahut Chanyeol.
Karena kepala nya terasa sangat pusing, Baekhyun kemudian secara tak sengaja menyenderkan kepala nya di pundak Chanyeol. Dan tingkah Baekhyun membuat Chanyeol tersenyum. Lama Baekhyun berada pada posisi itu, hingga akhirnya dia menyadari nya dan menjauhkan diri dari Chanyeol.
"Kau! Pergilah!" Kata Baekhyun.
"Wae hyung?" Tanya Chanyeol kaget dengan tingkah Baekhyun yang tiba-tiba.
"Cepat pergi dari sini!" Ulang Baekhyun.
"Hyung, kau sakit? Wajah mu sangat pucat!" Seru Chanyeol sambil memegang kening Baekhyun.
"Apa yang kau lakukan?!" Tanya Baekhyun setengah berteriak.
"Aigoo! Suhu badan mu sangat tinggi!" Seru Chanyeol lagi.
"Diamlah!" Kata Baekhyun.
"Kemarilah!" Kata Chanyeol sambil menuntun kepala Baekhyun bersandar lagi ke bahu Chanyeol.
Karena kepala nya terasa sangat pusing, Baekhyun terpaksa menuruti perkataan Chanyeol. Selama acara berlangsung, Baekhyun terus bersandar pada bahu Chanyeol sambil memejamkan mata nya. Sedangkan Chanyeol tak merasa terganggu dengan keadaan ini, malah dia merasa senang. Pada saat giliran Chanyeol harus lomba lari maraton 100 m, Chanyeol meminta Luhan yang menggantikan nya sementara dia terus menjaga Baekhyun. Di tambah, Suho juga meminta nya untuk terus menjaga Baekhyun sampai acara selesai.
*
TBC


Chapter 2 
Chapter 3 -END

Rabu, 18 Juni 2014

Kim Seok Jin aka Jin BTS FanFiction // My Peterpan -oneshoot-


Title : My Peterpan -oneshoot-
Cast : Han Hyu Ri (OC), Kim Seok Jin (BTS), and other cast.
Genre : sad, romance, and other.

Warning : typo's every where. Dont read if you not like. Please leave Coment and Like. Dont be silent readers!
Thankyou for reading ^^
Author : Oh Shara

Instagram : _andinnn


-Hyuri POV-


Aku mencintainya, Kim Seok Jin, seorang sahabat yang tak mungkin ku miliki. Apa kata 'di dunia ini tak ada yang tak mungkin' sudah tak berlaku lagi? Oh aku tau! Mungkin kata itu hanya tak berlaku untuk ku.
"Hallo, Tink!" Sapa nya.
"Tink? Apa kau memanggil ku Tinkerbell lagi?"
Aku heran padanya, kenapa akhir-akhir ini ia sangat suka memanggilku dengan sebutan Tinkerbell.
"Ya, kenapa? Kau tak suka jika ku panggil Tinkerbell? Bukankah itu nama yang sangat lucu? Seorang peri yang akan bersemu merah wajah nya jika sedang marah dan malu. Tetapi ia manis dan penolong. Ia baik hati."
Aku merasa tersipu mendengar ucapan nya. Manis? Baik hati? Begitukah aku? Dapat ku rasakan jika pipi ku bersemu merah. Ah tunggu! Penolong? Apa aku seorang penolong bagi nya?
"Hey! Kenapa kau melamun? Lihat! Pipi mu bersemu merah! Apa kau sedang malu?!" Seru nya.
"Ti..tidak!" Sahutku cepat, "Lalu… Jika aku Tinkerbell, apakah kau Peterpan?"
"Tentu saja! Dan Peterpan sangat beruntung mendapatkan sahabat dan peri penolong seperti Tinkerbell. Begitu juga dengan ku. Aku sangat beruntung mendapatkan sahabat seperti mu!"
Sahabat? Apakah tak bisa lebih dari sahabat? Kenapa aku harus menjadi Tinkerbell? Kenapa aku hanya menjadi sahabat dan peri penolong mu? Oh aku lupa! Tinkerbell tak akan pernah bisa bersama Peterpan meski ia mencintai Peterpan. Yeah, nasib ku seperti Tinkerbell ku rasa.
"Hey!! Kau melamun lagi huh?!" Serunya kesal.
"Ah ya? Maafkan aku." Ucapku sambil tertawa kaku dan menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Baiklah, Tink! Aku akan pergi sekarang. Jangan merindukan pria tampan seperti ku. Hahaha."
"Hey!! Pria tampan kau bilang? Kau itu jelek!!"
Aku berbohong. Sebenar nya ia tampan. Bahkan sangat tampan.
ɷ
-Author POV-
"Tink!" Teriak Jin memanggil Hyuri.
Tak ada sahutan dari Hyuri.
"Tink!"
Hyuri tetap tak menyahut.
"Tinkerbell!"
Tetap tak ada jawaban dari Hyuri.
"Ck menyebalkan sekali." Desis Jin kesal, "Hey!! Han Hyuri!!"
"Oh! Jin? Ada apa? Ku kira siapa yang berteriak." Sahut Hyuri polos sambil menengok ke arah meja Jin.
"Aku memanggil mu daritadi kenapa kau tak menyahut?!" Tanya Jin kesal.
"Eh? Kau memanggil ku? Kapan? Kau hanya memanggil nama ku sekali." Jawab Hyuri.
"Huh? Aku memanggil lebih dari sekali!" Jin mengacak rambut nya kesal.
"Benarkah? Bukankah tadi kau berteriak Tink dan Tinkerbell? Kau tak meneriakkan nama ku."
"Aku memanggil mu, bodoh! Aku hanya memanggil sebutan Tinkerbell padamu."
"Benarkah? Ah, maaf. Aku lupa."
Hyuri tersenyum kaku menanggapi ucapan Jin, sedangkan Jin hanya mendengus kesal.
"Lagipula namaku Han Hyuri bukan Tinkerbell."
"Ya, aku tau. Tapi aku lebih suka memanggil mu Tinkerbell."
"Kenapa begitu?"
"Karena Tinkerbell sahabat Peterpan. Dan aku Peterpan jadi kau adalah Tinkerbell. Kau tau, Hyuri? Peterpan ingin bersama Tinkerbell selama nya. Ia tak mau kehilangan Tinkerbell."
"Benarkah? Bukankah Peterpan seorang yang egois? Ia selalu meminta bantuan pada Tinkerbell tapi ia tak membalas cinta Tinkerbell."
"Egois? Kurasa tidak. Peterpan hanya ingin menganggap Tinkerbell sahabat nya. Peterpan juga mencintai Tinkerbell. Ia membalas cinta Tinkerbell. Tapi ia mencintai Tinkerbell sebagai seorang sahabat."
"Tapi Tinkerbell menginginkan yang lebih dari sahabat."
"Ya. Tapi Peterpan hanya menginginkan Tinkerbell sebagai sahabat nya. Lagipula bagaimana mungkin peri penolong menjadi kekasih seseorang yang selalu di tolong nya? Menjadi sahabat lebih baik di banding kekasih. Tapi pada akhirnya Tinkerbell pergi meninggalkan Peterpan. Hal itu sangat membuat Peterpan sedih."
"Hm… Memang seperti itu."
"Tapi aku percaya. Tinkerbell yang ku miliki tak akan pernah meninggalkan ku."
Hyuri hanya tersenyum menanggapi ucapan Jin.
ɷ
"Jin, setelah kelulusan nanti, kau mau kemana?" Tanya Hyuri.
Saat ini Hyuri sedang berada di kamar Jin. Mereka sedang mengerjakan tugas bersama.
"Aku? Entahlah. Aku hanya ingin menikmati hidup." Jawab Jin.
"Kenapa kau hanya menjawab begitu?" Tanya Hyuri heran.
"Karena aku hanya ingin menikmati hidup."
"Baiklah."
Hening, tak ada lagi percakapan diantara mereka berdua. Mereka hanya larut dalam pikiran masing-masing sampai erangan kesakitan dari Jin memecah keheningan itu. Jin terlihat kesakitan sambil memegangi dadanya, hal itu membuat Hyuri khawatir.
"Jin! Ada apa?!" Tanya Hyuri panik.
"Ti..tidak. Arghh!! Bisakah kau pergi dari sini?"
"Eh? Ke..kenapa? Apa kau baik-baik saja?"
"TINGGALKAN AKU SENDIRI!!" Teriak Jin, "Arghh!!"
"Ta.. Tapi.."
"CEPAT!! Arghh!!"
"Ba..baiklah." Ujar Hyuri lalu membereskan barang-barang nya dan pergi meninggalkan Jin.
"Tolong tutup pintu nya."
"Ba..baik." Sahut Hyuri.
"Arghh!! Dimana obat itu?!" Racau Jin saat Hyuri sudah benar-benar pergi dari kamarnya.
Ia mengobrak-abrik laci di samping tempat tidur nya. Mencari sesuatu yang dapat meredakan sakit di dadanya.
Setelah mendapatkan nya, Jin meneguk obat itu tanpa air karena memang tak ada air di kamar nya. Ia tak sanggup untuk pergi ke dapur mengambil segelas air.
Jin terduduk di lantai sambil bersandar pada tempat tidur nya. Menghela nafas panjang dan memejamkan mata nya.
‘Kapan penderitaan ini bisa berakhir?’
Ia kemudian naik ke tempat tidur nya. Tertidur dan berharap agar kondisi nya lebih baik saat ia bangun nanti. Atau mungkin, ia berharap lebih baik jika ia bangun di alam yang berbeda.
ɷ
"Jin kenapa? Ia begitu kesakitan tadi." Gumam Hyuri. Ia terus saja memikirkan Jin semenjak kejadian tadi.
Kini, Hyuri sedang terduduk di tempat tidur nya.
"Apa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku? Apa ia punya suatu penyakit?"
Ia terlihat berpikir mengenai apa yang Jin alami tadi.
"Uh? Hyuri bodoh! Tak boleh berpikiran yang aneh tentang Jin." Gerutunya sambil memukul-mukul pelan kepalanya.
"Aishh!! Lebih baik aku tidur."
Kemudian ia menarik selimutnya dan tertidur dengan masih memikirkan keadaan Jin.
ɷ
"Hai, Tink!" Sapa Jin pada Hyuri saat ia baru masuk ke ruangan kelasnya.
"Hey Jin!" Seru Hyuri.
Jin tersenyum pada Hyuri lalu duduk di bangku belakang meja Hyuri.
"Jin…" Panggil Hyuri.
"Hm?" Sahut Jin.
"Ke..kemarin kau kenapa? Kau begitu kesakitan kemarin." Tanya Hyuri. Sebenar nya ia tak ingin menanyakan hal ini, namun ia begitu penasaran.
"Kemarin? Yang mana kah?" Tanya Jin. Ia bepura-pura tak ingat.
"Yang kemarin. Saat mengerjakan tugas bersama, kau tiba-tiba mengerang kesakitan." Jawab Hyuri.
"Ahh!! Aku tak ingat!" Kata Jin sambil menggaruk kepala nya yang tak gatal.
"Jangan berpura-pura tak ingat, Jin-ah." Ujar Hyuri.
"Tink! Bisakah kita tak membicarakan ini?" Pinta Jin.
"Kenapa?" Tanya Hyuri bingung.
"Tink, kau menyebalkan!" Kata Jin.
"Anyeong haseo." Tiba-tiba suara Lee seongsangnim menginterupsi pembicaraan mereka.
Hyuri menengok ke depan dan mendengus kesal.
'Syukurlah Lee Sangnim datang.' Batin Jin lega.
ɷ
"Tink, aku ingin mengajak mu ke bukit di belakang sekolah nanti."
"Eumm.. Baiklah."
ɷ
"Wuahh! Disini sejuk dan indah." Seru Hyuri. Mata nya menelusuri setiap inci dari bukit ini.
"Kau baru kesini?" Tanya Jin. Lalu ia duduk di rerumputan.
"Hm!" Sahut Hyuri lalu ikut duduk di rerumputan.
Untuk beberapa saat, mereka sama-sama terdiam. Terlarut dalam pikiran nya masing-masing.
"Tink..."
"Hm?"
"Bolehkah aku tertidur di atas pahamu?"
"Tentu saja boleh."
Jin tersenyum lalu menidurkan kepalanya di atas paha Hyuri.
"Tink, bisakah kau belai rambut ku?"
"Ya ampun! Kau begitu manja." Sahut Hyuri. Tapi kemudian ia membelai rambut Jin.
Jin tersenyum dan menutup mata nya.
'Kau sangat tampan. Aku sangat senang bisa seperti ini.' Batin Hyuri.

DEG
DEG
DEG
DEG

'Arghh! Jantung bodoh!' Umpat Jin dalam hatinya. Secara refleks, ia memegangi dada nya.
"Jin, ada apa?" Tanya Hyuri menyadari Jin kesakitan.
Jin membuka mata nya. "Tidak. Ayo kita pulang."
"Oh? Baiklah." Sahut Hyuri.
'Tenanglah! Arghh!' Batin Jin.
'Ini terjadi lagi.' Batin Hyuri.
ɷ
"Jin, apa kau yakin tak apa? Kemarin kau begitu kesakitan." Tanya Hyuri.
"Ku bilang aku baik-baik saja." Jawab Jin sambil tersenyum.
Hyuri diam. Ia tak mau bertanya lebih.
"Jin, kemarin kau sudah meminta sesuatu dariku. Apa sekarang aku boleh meminta sesuatu padamu?"
"Tentu. Apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin kau menggendong ku berkeliling taman rumah mu ini."
Jin diam. Masalah nya adalah, ia mau saja. Tapi, apakah ia akan sanggup?
Jin akhirnya memilih untuk menuruti keinginan Hyuri, ia berjongkok membelakangi Hyuri. "Baiklah, ayo naik ke punggung ku."
Hyuri tersenyum lalu naik ke punggung Jin.
Jin membawa Hyuri berkeliling taman ini. Mereka sangat terlihat bahagia. Tak henti-henti nya mereka terus tertawa senang.
Saat sedang tertawa senang, Jin tiba-tiba saja mengerang sambil memegangi dadanya, ia menghentikan langkahnya membawa Hyuri berkeliling taman ini.
"Arghh!" Erang Jin lagi.
"Jin, a..ada apa?" Tanya Hyuri panik. Ia berusaha turun dari punggung Jin.
"Jangan turun. Aku sudah berjanji akan menggendong mu berkeliling taman ini."
"Tapi, Jin…" Hyuri terus berusaha turun dari punggung Jin.
"Diam.. Arghh!"
"Jin…"
"Aku akan-"

BRUK

Ucapan Jin terhenti seiring dengan ambruk nya ia ke atas rumput. Membuat Hyuri mau tak mau juga ikut ambruk di atas tubuh Jin.
"Jin!" Teriak Hyuri. Ia bangun dari punggung Jin lalu membalikkan tubuh Jin.
"Jin, bangun!" Kata Hyuri sambil menggoyangkan tubuh Jin.
"Apa kau sedang bercanda? Bangunlah! Ini tak lucu!"
Tak ada jawaban.
"Jin! Kumohon!"
Tetap tak ada jawaban.
"Jin! Hey bangunlah, ku mohon!"
Masih tak ada jawaban.
Menyadari Jin memang tak sadarkan diri, Hyuri panik. Ia masuk ke dalam rumah Jin untuk mencari Nyonya Shin dan Tuan Choi, pembantu rumah tangga di rumah keluarga Kim.
"Ya ampun! Tuan Muda!" Seru Nyonya Shin kaget melihat keadaan Jin.
"Aku akan menelepon ambulan." Ujar Hyuri.
"Tuan Choi, bantu aku memindahkan Tuan Muda." Ujar Nyonya Shin.
ɷ
"Bagaimana keadaan Seokjin?" Tanya Nyonya Kim, ibu dari Jin. Ia baru datang dari kantor nya bersama Tuan Kim, ayah dari Jin.
"Tuan Muda masih belum sadarkan diri, Nyonya." Jawab Nyonya Shin.
"Apa yang sebenar nya terjadi sampai penyakitnya kambuh?" Tanya Tuan Kim.
"Aku tak tau, Tuan. Saat sedang membereskan rumah, Nona Hyuri memanggil ku dan Nyonya Shin untuk menolong Tuan Muda. Saat kami datang, Tuan Muda sudah tak sadarkan diri di taman belakang." Jawab Tuan Choi.
Nyonya dan Tuan Kim menatap Hyuri. Meminta penjelasan dari nya.
Hyuri menundukkan kepala nya. "Ma..maafkan aku. Aku hanya meminta Jin untuk menggendong ku berkeliling taman. Lalu ia mengerang kesakitan dan tak sadarkan diri. Aku.. Aku tak tau apa yang terjadi padanya. Ini semua salah ku. Jeongmal mianhamnida."
"Ya ampun! Menggendong mu berkeliling taman?!" Seru Nyonya Kim kaget.
"Ma..maafkan aku. Ini semua salah ku." Sesal Hyuri.
"Ini semua bukan salah mu. Ini salah Seokjin yang terlalu memaksakan diri sehingga ia terlalu kelelahan." Ujar Tuan Kim ramah.
"Tapi, paman.."
"Sudahlah. Ayo berdoa untuk kesembuhan Seokjin dan berharap ia masih bisa membuka mata nya." Ujar Tuan Kim.
Hyuri hanya mengangguk. Sebenar nya, ia tak mengerti dengan ucapan Tuan Kim.
ɷ
"Kapan kau akan sadar, Jin?" Tanya Hyuri pada Jin yang masih tak sadarkan diri sejak kemarin.
Tiba-tiba Hyuri kaget saat melihat tangan Jin bergerak. Dan tak lama setelah itu, kedua mata Jin terbuka. Jin sadar!
"Jin? Akhirnya kau sadar!" Seru Hyuri senang.
Jin hanya tersenyum.
"Bisakah kau membantu ku untuk duduk?" Tanya Jin.
"Kau masih belum pulih, jadi berbaring saja." Tolak Hyuri.
"Kumohon.." Pinta Jin.
"Baiklah jika kau memaksa." Kata Hyuri.
"Dimana yang lain nya?" Tanya Jin.
"Siapa? Keluarga mu? Eum.. Nyonya Shin dan Tuan Choi kembali ke rumah mu. Kim ahjuma dan Kim ahjushi pergi ke kantor nya. Katanya ada sesuatu yang perlu mereka urus." Jawab Hyuri.
"Selalu saja seperti itu. Sibuk dengan pekerjaan nya tanpa mempedulikan aku." Keluh Jin.
"Ck! Kau itu manja sekali huh?! Orangtuamu bekerja untuk dirimu. Lagipula kau sudah besar. Kau bisa hidup mandiri tanpa mereka!" Protes Hyuri.
Jin hanya mengangguk malas menanggapi perkataan Hyuri.
"Tink, bisakah aku tidur diatas pahamu lagi?" Pinta Jin.
"Tentu saja." Sahut Hyuri lalu ia memposisikan diri duduk di atas ranjang rumah sakit ini dan menopang kepala Jin agar bisa tidur di atas pahanya.
"Jin, apa..apakah kau mempunyai penyakit?" Tanya Hyuri hati-hati. Takut menyinggung perasaan Jin.
"Penyakit? Tentu tidak. Aku kuat dan sehat." Jawab Jin.
"Lalu, kemarin kau kenapa?" Tanya Hyuri.
"Aku hanya terlalu lelah menggendong mu. Kau tau? Kau berat sekali!" Jawab Jin sambil tersenyum jahil.
Hyuri tak menghiraukan lelucon Jin. "Lalu kenapa kau tak memperbolehkan aku turun jika kau terlalu lelah?"
"Karena aku sudah berjanji akan menggendong mu mengelilingi taman rumah ku." Jawab Jin.
Hyuri diam. Ia tau jika Jin sedang berbohong.
"Sudahlah, Tink. Jangan membahas hal itu lagi." Pinta Jin.
Hyuri hanya mengangguk menanggapi ucapan Jin. Ia membelai rambut Jin. Membuat Jin memejamkan kedua mata nya menikmati saat-saat seperti ini.
"Tink.." Panggil Jin.
"Hm?" Sahut Hyuri.
Jin bangkit lalu dengan tiba-tiba mencium bibir Hyuri. Membuat Hyuri membulatkan mata nya kaget. Tapi kemudian, Hyuri juga ikut memejamkan mata nya. Menikmati ciuman pertama nya bersama Jin.
Jin melepas tautan bibir nya pada bibir Hyuri.
"Saranghae." Ujar Jin.
"A..apa?" Kaget Hyuri sambil membulatkan mata nya tak percaya.
Jin tersenyum. Dan tiba-tiba saja ia mengerang kesakitan sambil memegangi dada nya.
"Jin, ke..kenapa?" Tanya Hyuri panik.
"Sakit. Arghh!" Erang Jin lagi.
"Jin!" Seru Hyuri tambah panik.
"Arghh! Ma..maaf. Aargghh!! Maafkan aku, Tink. Arghh!" Erang Jin lalu ia tak sadarkan diri lagi.
Hyuri panik. Lalu ia memencet tombol di samping ranjang rumah sakit ini untuk meminta bantuan perawat.
ɷ
"Bagaimana keadaan Seokjin?!" Tanya Nyonya Kim panik.
"Dokter masih memeriksa nya." Jawab Tuan Choi.
Nyonya Kim hanya menghela nafas berat menanggapi jawaban Tuan Choi.
Tak lama, Dokter Lee keluar dari ruangan Jin.
"Bagaimana, dokter?" Tanya Tuan Kim.
"Seperti nya ia harus di operasi." Jawab Dokter Lee.
"Lakukanlah!" Seru Nyonya Kim.
"Tapi kemungkinan ia akan selamat sangat kecil." Ujar Dokter Lee.
"Lakukanlah yang terbaik!" Seru Nyonya Kim.
"Baiklah. Aku akan mempersiapkan operasi nya. Permisi." Ujar Dokter Lee lalu pergi.
"Operasi? Ke..kenapa? Kenapa Jin harus di operasi?" Tanya Hyuri bingung.
Nyonya Kim menatap Hyuri iba. Lalu ia menatap suami nya. Meminta persetujuan dari Tuan Kim untuk menceritakan semua nya. Tuan Kim mengangguk.
"Hyuri…" Panggil Nyonya Kim.
"Ya? Apa yang terjadi pada Jin?" Tanya Hyuri.
"Apakah Seokjin tak pernah menceritakan nya padamu?" Ujar Nyonya Kim.
"Menceritakan apa? Bibi, ku mohon jangan bertele-tele." Kata Hyuri mulai tak sabar.
"Seokjin menderita kelainan jantung sejak ia lahir, Hyuri-ah." Ujar Nyonya Kim.
Ucapan Nyonya Kim mampu membuat Hyuri syok. Ia sangat kaget mendengar nya. Bagaikan tersambar petir di siang hari, itu lah yang ia rasakan saat ini. Tak terasa, liquid bening itu mulai mengalir di kedua sudut mata nya.
"Tidak. Ini tak mungkin. Katakan padaku bahwa ini hanya lelucon. Tak mungkin Jin mempunyai penyakit seperti itu. Ini lelucon! Katakan padaku ini hanya lelucon… Hiks…" Kata Hyuri.
"Aku juga berharap ini hanya lelucon, Hyuri-ah. Namun ini kenyataan. Kenyataaan yang sangat pahit." Ujar Nyonya Kim yang mulai menitikan air mata nya.
"Tidak. Tidak. Ini tak mungkin. Hiks… Arghh!! Jin!!" Teriak Hyuri.
"Tenanglah, Nona. Kita hanya perlu berdoa agar operasi Tuan Muda berhasil." Ujar Nyonya Shin menenangkan.
"Seokjin… Hiks… Kenapa ia tak menceritakan nya padaku selama ini? Hiks… Jin… Hiks… Ini hanya lelucon. Ini hanya lelucon. Hiks…" Isak Hyuri.
"Tenanglah, Nona." Ujar Nyonya Shin.
ɷ
Setelah lama menunggu, akhirnya Dokter Lee keluar dari ruang operasi. Namun, raut wajah kecewa yang tergambar pada wajah Dokter Lee. Apakah berita buruk?
"Dokter Lee, bagaimana?" Tanya Tuan Kim.
"Maafkan aku. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi… Tuan Kim Seokjin lebih memilih menyerah. Ia tak bisa di selamatkan." Ujar Dokter Lee menyesal.
"Apa? Lelucon apalagi ini? Setelah tadi mendengar bahwa Jin mempunyai suatu penyakit parah. Sekarang, bahkan kau bilang bahwa Jin sudah tak bernyawa di dalam sana? Ayolah! Hentikan lelucon ini." Sangkal Hyuri.
Dokter Lee menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Hyuri, "Nona, aku tidak sedang mengatakan sebuah lelucon."
"Tidak! Jin pasti selamat. Ia hanya sedang menggoda ku. Sebentar lagi, ia pasti akan bangun dan berkata, 'sureprise! Ini hanya lelucon, Tink! Apa kau terkejut?'. Benarkan?" Ujar Hyuri tetap pada keyakinannya.
"Maafkan aku. Aku harus pergi. Permisi." Ujar Dokter Lee lalu pergi meninggalkan mereka yang masih syok menerima kenyataan bahwa seorang Kim Seokjin sudah meninggalkan mereka untuk selama-lama nya.
"Hey! Kim Seokjin! Bangunlah! Ini tak lucu!" Teriak Hyuri.
Nyonya Kim memeluk Hyuri sambil menangis. "Tenanglah, Hyuri. Relakan Seokjin pergi."
"Tidak! Tidak! Hiks… Jin pasti bangun… Hiks… Jin… Hiks…" Isak Hyuri.
"Tenanglah. Hiks…" Ujar Nyonya Kim sambil ikut terisak.
ɷ
Hari ini adalah hari berkabung kepergian Jin, semua berkabung dan ikut terlarut dalam kesedihan di rumah duka. Kepergian Jin yang tak akan pernah kembali lagi. Kepergian Jin yang secara tiba-tiba.
Hyuri masih saja menangis. Ia masih tak percaya bahwa Jin pergi meninggalkan nya untuk selama-lama nya. Sulit rasa nya untuk Hyuri mempercayai semua itu.
ɷ
Sepulang dari rumah duka, Hyuri pergi ke kamar Jin. Diam dan berkhayal bahwa Jin masih berada di kamar itu sedang tertidur sambil memeluk boneka kesayangannya. Bangun dan tersenyum padanya.
Namun bagaimanapun juga itu hanyalah sebuah khayalan bukan? Khayalan mustahil yang tak akan mungkin terjadi lagi.
Hyuri tersenyum pahit menerima kenyataan itu. Ia mengambil boneka Jin dan memeluk nya. Kemudian secara tak sengaja ia menemukan secarik kertas di bawah boneka itu. Hyuri membuka kertas itu dan membaca tulisan dari kertas itu.

--------------------------------------------------------------------
For : My Tinkerbell

Hallo, Tink! Aku tau saat kau membaca surat ini, aku sudah tak bersamamu lagi. Kau tau? Kurasa waktuku terlalu cepat berakhir.
Aku ingin meminta maaf padamu.
Maaf karena tak memberi tau mu tentang penyakit ku ini. Kau tau? Aku tak ingin membuatmu sedih. Aku selalu ingin terlihat kuat di hadapanmu. Aku ingin menjadi pelindungmu, Tink.
Maaf juga karena aku tak sempat menyatakan perasaanku padamu. Sebenarnya aku mencintaimu, Tink. Sangat mencintaimu. Aku tau kau juga mencintaiku kkk~. Apa aku terlalu percaya diri? Ini yang ku takutkan. Aku terlalu percaya diri padahal kau sendiri sama sekali tak mencintaiku. Maafkan aku.
Maafkan aku karena saat itu aku mengusirmu keluar dari kamarku. Saat itu aku terlalu senang di dekatmu sehingga aku tak bisa mengatur detak jantungku. Jantung bodoh ini tak bisa diajak bekerja sama, Tink! Aku mengusirmu karena tak ingin kau cemas padaku. Saat di bukitpun sebenarnya jantung bodoh ini juga kambuh. Namun beruntung, saat itu aku masih bisa mengaturnya.
Tink, maafkan aku karena atak bisa menjagamu selamanya. Aku tak bisa bersamamu dan malah pergi meninggalkanmu selamanya. Maaf. Apakah aku seorang sahabat yang kejam? Apakah aku pria yang sangat bodoh?
Kumohon jangan membenciku. Jangan pula bersedih. Jangan menangisi kepergianku. Kau tau? Aku sangat tak suka melihatmu menangis. Jadi jangan menangis untukku.
Aku percaya suatu saat nanti akan ada seorang pria yang akan menjagamu seperti aku dengan marga yang sama denganku, Kim.
Terima kasih untuk segalanya, Tink. Aku mencintaimu. You are my Tinkerbell.

Salam cinta dari sahabat tampanmu,
Kim Seok Jin as your Peterpan
--------------------------------------------------------------------
Hyuri kembali menangis membaca surat dari Jin. Namun setelah itu, ia menghapus air matanya.
"Aku tak akan menangis untukmu, Jin."
"Hey Jin, kau tau? Bukankah dalam dongeng, Tinkerbell yang meninggalkan Peterpan? Lalu kenapa dalam kisahku, Peterpan yang meninggalkan Tinkerbell? Dan dulu bukankah kau percaya bahwa aku tak akan meninggalkanmu seperti Tinkerbell dalam dongeng? Kepercayaanmu itu benar, Jin-ah. Aku tak meninggalkanmu tapi kau yang meinggalkanku."
Hyuri memegang bibir nya. "Ciuman pertamaku.. Juga sebagai ciuman perpisahanku denganmu, Jin."
Hyuri tersenyum. "Aku percaya pada kehidupan kedua. Jika saat ini aku tak bisa bersamamu, aku percaya pada kehidupan kedua nanti aku akan bersamamu. Pasti."
Hyuri memandang boneka kesayangan Jin. Lalu memeluk dan menciumnya.
"Aku juga mencintaimu, Kim Seokjin. My Peterpan."
ɷ

Selasa, 10 Juni 2014

Kim Taehyung aka V BTS FanFiction // You Dont Know Love -oneshoot-


Title : You Dont Know Love -oneshoot-
Cast : Kim Taehyung (BTS), Kim Hyuki (OC), and other cast.
Genre : romance, little sad, and other.
Warning : typo's every where. Dont read if you not like. Please leave Coment and Like. Dont be silent readers!
Ff ini terinspirasi dari mv dan lirik lagu nya K.Will - You Dont Know Love ^^
Thankyou for reading ^^
Author : Oh Shara








Seorang gadis tengah duduk diantara banyaknya pengunjung cafe. Ia sedang menunggu kekasihnya. Ia sangat terlihat kesal dan terus melirik jam tangannya sambil terus berdecak kesal. Rupanya kekasihnya itu datang terlambat.
"Maaf aku datang terlambat. Tadi ada sedikit hambatan." Ujar seorang pria tiba-tiba lalu duduk di kursi di depan gadis itu.
Gadis itu menatap tajam pria itu yang ternyata adalah kekasihnya yang kini tengah tersenyum padanya. Senyuman yang menurut gadis itu adalah senyum tanpa dosa.
"Kau masih bisa menampakkan senyum tanpa dosa mu itu padaku saat kau datang terlambat? Kau tau sejak kapan aku menunggumu disini? Kau tau aku sangat tak suka menunggu, hah?!" Bentak gadis itu tanpa mendengar penjelasan dari kekasihnya terlebih dahulu.
"Ma.maafkan aku, Hyuki." Ucap pria itu.
"Kau dengar, Kim Taehyung! Kau paling sering datang terlambat saat sedang berkencan denganku! Dan itu sangat membuatku muak!" Kata gadis itu, Kim Hyuki.
"Apa? Selalu datang terlambat? Kurasa aku hanya terlambat sebentar. Bukankah baru kali ini aku datang terlambat lama sekali?" Bantah Taehyung membela dirinya, memang benar perkataannya.
"Aku tak mau tau! Menurutku kau selalu tak tepat waktu. Aku kesal denganmu! Mulai sekarang hubungan kita berakhir!" Kata Hyuki tiba-tiba membuat Taehyung melototkan matanya tak percaya.
"Hyuki, apa kau bercanda? Tolong katakan ini hanya lelucon." Ucap Taehyung dengan senyumannya.
"Aku bersungguh-sungguh. Hubungan kita BERAKHIR!" Kata Hyuki menekankan suaranya pada kalimat terakhir yang ia ucapkan.

BYURR

Dengan tiba-tiba, Hyuki menyiram Taehyung dengan jus yang ia pesan tadi. Lalu pergi meninggalkan Taehyung dengan angkuhnya tanpa mempedulikan bagaimana perasaan Taehyung saat ini.
Bagai pribahasa 'Sudah jatuh tertimpa tangga', itulah yang Taehyung alami saat ini. Taehyung hanya tersenyum. Ia mengeluarkan sebuket bunga dari balik punggungnya yang sedari tadi ia sembunyikan dibalik punggungnya. Tersenyum miris memandang sebuket bunga itu.
Pengunjung lain menatap Taehyung dengan rasa iba dan berbisik-bisik mengenai yang baru saja terjadi.

"Kasihan sekali pria itu."
"Gadis itu melakukan hal yang benar. Pria tak tepat waktu sepertinya pantas mendapatkan hal itu."
"Pria yang sabar. Di perlakukan seperti itu ia masih bisa tersenyum."
"Aku tau senyuman itu hanya sebuah senyuman palsu."
"Jika aku jadi gadis itu, aku tak akan mengakhiri hubunganku dengan pria itu. Pria itu sangat tampan dan baik."
"Gadis itu terlalu egois hingga tak mau mendengarkan penjelasan dari pria itu terlebih dulu."
"Sungguh. Ia pria yang sangat sabar."

Begitulah bisikan para pengunjung di cafe ini. Taehyung hanya tersenyum miris mendengarnya. lalu bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan cafe ini dengan senyum mirisnya.
ɷ
"Kenapa, huh?! Kenapa kau malah memutuskan hubungan ini?! Disaat aku sudah siap ingin mengajakmu bertunangan, kau malah memutuskan hubungan ini?" Ucap Taehyung entah pada siapa. Kini ia sedang meracau melampiaskan amarahnya di dalam mobilnya.
"Bukankah gadis sangat suka jika dilamar di depan semua orang? Lalu, kenapa kau malah seperti itu?! Seenak nya memutuskan hubungan ini!! Kenapa kau bersikap kekanakan, Hyuki?!" Racau Taehyung lagi.
"Kau tau? Aku datang lebih awal darimu. Dan aku sengaja tak masuk ke cafe terlebih dulu karena begitu gugup mempersiapkan apa yang harus aku lakukan saat mengajakmu bertunangan nanti di depan semua orang. Kau tau? Aku begitu gugup!! Aku sudah merangkai berbagai kata romantis untukmu. Bukankah kau menyukai pria romantis? Tapi? Aaarrrrgghhh!! Kau bersikap terlalu kekanakan!! Kenapa setiap kita bertengkar kau selalu dengan seenaknya memutuskan hubungan ini? Kenapa?! Kau terlalu kekanakan, Hyuki!! Aaarrrrgghhh!!!" Racau Taehyung sambil memukul-mukul setir mobilnya. Meluapkan emosi yang terpendam sejak di cafe tadi.
Taehyung sengaja tak membersihkan wajah, rambut, dan kemejanya yang tadi terkena air jus. Ia juga sengaja tersenyum saat Hyuki melakukan semua itu. Taehyung sangat tak ingin jika semua orang tau bahwa ia sedang sedih. Hatinya begitu sakit saat ini.
Ia melirik sebuket bunga yang dibawanya tadi di kursi penumpang depan. Ia tersenyum miris lalu mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah muda di saku celananya. Membuka kotak itu dan terlihat sebuah cincin perak. Taehyung kembali tersenyum miris. Tak terasa sudut matanya mengeluarkan air mata namun dengan segera menghapus air mata itu.
"Arrgghhh!!" Teriaknya sambil melempar kotak cincin itu ke sembarang tempat lalu melesatkan mobilnya ke padatnya lalu lintas kota Seoul dengan sekencang-kencangnya tanpa mempedulikan pengguna jalan lainnya. Ia begitu kacau saat ini.
ɷ
BRAK!!

Taehyung membuka pintu apartementnya dengan kasar. Membuat Seokjin, kakaknya tersentak kaget. Ditambah lagi, keadaan dan penampilan Taehyung yang sangat kacau.
"Taehyung, apa yang terjadi?" Tanya Seokjin sambil berlari menghampiri Taehyung.
"Tidak ada." Jawab Taehyung sambil tersenyum.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Seokjin cemas.
"Aku baik-baik, hyung. Kau tak usah mencemaskan aku." Jawab Taehyung masih dengan senyumannya. Terpaksa mengembangkan ssenyumannya agar Seokjin tak cemas. Ia sangat tak mau jika kakaknya itu cemas karenanya.
"Apanya yang tidak apa-apa? Penampilanmu sangat kacau! Jangan mencoba untuk berbohong padaku!" Ucap Seokjin.
"Aku benar-benar baik-baik saja." Sahut Taehyung tersenyum.
Seokjin hanya mengangguk menanggapi ucapan adiknya itu. Tapi ia sangat yakin, bahwa adik satu-satunya itu tidak ‘baik-baik saja’.
"Aku lelah. Bisakah aku beristirahat ke kamarku sekarang?" Tanya Taehyung.
"Tentu saja. Bersihkan badanmu lalu tidurlah." Sahut Seokjin. Ia tak mau terlalu memaksakan adiknya untuk bercerita.
ɷ
"Aarrgghhh!!" Teriak Taehyung.
Kini ia sedang terduduk lesu di bawah guyuran air shower. Kembali meracau melampiaskan emosinya dan mengeluarkan air mata dibalik guyuran air shower. Meski begitu, semua orang yang melihatnya pasti tau jika ia sedang menangis meski air mata tercampur dengan guyuran air. Kenapa ia begitu rapuh saat ini? Kenapa ia menangis seperti gadis? Tidak, tidak masalah apakah kau seorang gadis atau pria. Jika kau merasa sakit hati, kau boleh menangis sepuasnya sampai merasa lebih baik.
"Kenapa ini harus terjadi? Kenapa kau terlalu bersikap kekanakan? Bersikap seenakmu tanpa memikirkan perasaanku sedikitpun. Kau terlalu mementingkan keegoisanmu. Kau tak pernah mau mendengar penjelasanku. Setiap kita bertengkar, seolah-olah aku yang selalu salah. Aku yang selalu disalahkan. Berhentilah bersikap kekanakan, Hyuki. Kumohon… Hiks…" Sekeras apapun Taehyung menahan isakannya, tetap saja isakan itu terdengar.
Taehyung terus saja terisak di bawah guyuran air shower hingga tak mementingkan keadaannya yang mulai menggigil kedinginan akibat air shower itu. Hingga pandangannya menjadi buyar dan gelap.
ɷ
"Eungg?" Erang Taehyung sambil memegang kepalanya yang terasa sangat pusing.
"Taehyung, kau sudah siuman?" Tanya Seokjin.
"Jin hyung? Memangnya aku kenapa? Ahhh!" Ucap Taehyung sambil terus mengerang kesakitan karena kepalanya masih terasa pusing.
"Jangan banyak bergerak jika masih terasa pusing. Kemarin sore kau aku temukan tak sadarkan di bawah guyuran air shower. Kau ini!! Kau ingin mati kedinginan, huh?!" Omel Seokjin.
Taehyung terdiam. Kembali mengingat apa yang telah ia alami kemarin. Mengingat semua kejadian itu membuat hatinya kembali terasa sakit.
"Hyuki…" Gumam Taehyung.
"Apa yang terjadi padamu dan Hyuki?" Tanya Seokjin.
Taehyung menatap Seokjin ragu. Apakah ia harus bercerita?
"Ceritakan saja. Aku ‘kan hyung-mu." Seolah bisa mengetahui keraguan dalam diri Taehyung, Seokjin meyakinkan Taehyung agar bercerita padanya.
Taehyung menatap Seokjin sejenak. Menarik napas berat lalu mulai bercerita semuanya pada Seokjin. Saat Taehyung bercerita, Seokjin tak bersuara ataupun memotong ucapan Taehyung. Ia membiarkan Taehyung menyelesaikan ucapannya dan hanya memasang ekspresi kaget atau terkadang membulatkan matanya tak percaya saat mendengar cerita Taehyung. Seokjin tak percaya bahwa hubungan adiknya selama ini tak baik. Yang Seokjin tau hanyalah hubungan Taehyung dan Hyuki baik-baik saja karena Taehyung tak pernah bercerita apapun padanya. Taehyung hanya bercerita bahwa ia sangat senang mempunyai kekasih seperti Hyuki. Taehyung tak pernah bercerita bahwa Hyuki gadis yang sangat kekanakan.
"Ya ampun! Sulit dipercaya!" Seru Seokjin saat Taehyung selesai bercerita.
Taehyung hanya mengangguk lemah menanggapi seruan kaget dari Seokjin.
"Lalu? Apa kau akan masih tetap menunggunya?" Tanya Seokjin.
"Tentu, hyung. Aku sudah berjanji takkan pernah berpaling padanya." Jawab Taehyung.
"Tapi Hyuki saja mengingkari janjinya untuk berhenti bersikap kekanakan dan egois. Lalu kau? Masih tetap menepati janjimu?" Tanya Seokjin tak percaya.
Lagi-lagi Taehyung menangguk lemah.
"Baiklah, jika itu mau mu. Tapi jika kau mulai lelah dan merasa sangat sakit untuk bertahan. Berhentilah bertahan." Ujar Seokjin sambil menepuk bahu Taehyung.
"Ya, hyung." Sahut Taehyung.
"Sekarang tidurlah, kau harus istirahat. Bukankah besok kau harus pergi belajar ke universitas? Biar hari ini kau tak usah kuliah. Badanmu masih lemah untuk pergi kesana." Kata Seokjin.
"Baik, hyung." Jawab Taehyung.
Seokjin tersenyum lalu pergi meninggalkan Taehyung di kamarnya.
ɷ
"Bahkan saat aku tak pergi ke universitas pun kau tak menyadarinya, Hyuki? Bahkan kau tak menghubungiku untuk sekedar menanyakan bagaimana keadaanku. Apa kau benar-benar sudah tak mempedulikan aku?" Gumam Taehyung lirih sambil menatap layar ponselnya nanar.
Hari sudah malam. Sejak tadi pagi Taehyung menunggu Hyuki menghubunginya. Namun hasilnya nihil, Hyuki sama sekali tak menghubungi Taehyung. Ia menarik nafas panjang tanda ia lelah menunggu Hyuki menghubunginya lalu terpejam.
ɷ
"Hey!! Kim Taehyung! Kau sudah sembuh? Ku dengar kau sakit kemarin?!" Tanya Jimin heboh saat melihat Taehyung memasuki ruangan kelas.
"Seperti yang kau lihat, Jimin." Sahut Taehyung.
"Hey! Kau tak menyebutku dengan sebutan hyung, huh?!" Protes Jimin.
"Kita hanya berbeda beberapa bulan, berhenti bersikap berlebihan." Ujar Taehyung malas.
"Ck!" Decak Jimin sedikit kesal.
"Taehyung hyung, kau tau? Saat kau tak ada, Hyuki semakin dekat dengan Junhong!" Ucap Jungkook.
"Benarkah?" Tanya Taehyung.
"Hm!" Sahut Jungkook.
Taehyung hanya tersenyum mendengar ucapan Jungkook.
"Kau malah tersenyum, hyung? Seharusnya ‘kan kau marah?!" Tanya Jungkook heran.
"Marah? Untuk apa? Hubungan Hyuki dan aku sudah berakhir." Jawab Taehyung.
"Apa?!" Tanya Jimin dan Jungkook berbarengan sama-sama terkejut.
"Ya." Sahut Taehyung.
"Bagaimana bisa? Bukankah kau akan mengajak Hyuki bertunangan? Lalu kenapa kau dan dia?? Hey! Ceritakan padaku!!" Ucap Jimin heboh.
"Bisakah kita tidak membicarakan ini?" Pinta Taehyung.
"Tidak! Kau harus bercerita padaku!" Tolak Jimin.
"Hey, Park Jimin!! Kau terlalu memaksa! Jika Taehyung hyung tak mau, jangan di paksa. Biarkan saja!" Cela Jungkook.
"Ck, baiklah!" Gerutu Jimin.
Taehyung hanya tersenyum menanggapi Jimin dan Jungkook kemudian memalingkan pandangannya ke pintu dan terlihat Hyuki dan Junhong baru datang. Junhong terlihat menggenggam tangan Hyuki, membuat hati Taehyung terasa pedih. Namun Taehyung terus saja mengembangkan senyumnya.
Jimin dan Jungkook mengikuti arah pandangan Taehyung. Kemudian Jungkook menyenggol Jimin.
"Taehyung…" Panggil Jimin untuk mengalihkan pandangan Taehyung dari Hyuki dan Junhong.
"Apa?" Sahut Taehyung mengalihkan pandangannya pada Jimin.
"Tak usah dilihat, itu hanya akan membuat hatimu sakit." Ujar Jimin.
Taehyung tersenyum. "Tak masalah, hyung."
"Senyumanmu palsu, aku tau itu, hyung." Ucap Jungkook.
Taehyung hanya tersenyum menanggapi ucapan Jungkook, tak tau harus biacara apa.
"Aku benci ini! Kemana Taehyung hyung yang dulu? Taehyung hyung yang selalu ceria dan konyol. Ingat, hyung! Kau pembuat suasana senang diantara aku dan Jimin hyung." Protes Jungkook.
"Maafkan aku." Ujar Taehyung menyesal.
"Tak usah meminta maaf, kku hanya butuh hyung yang seperti dulu." Sahut Jungkook.
"Ya! Kim Taehyung si konyol!" Ucap Jimin menimpali.
"Baiklah!" Sahut Taehyung lalu tersenyum lebar.
"Kami akan membuatmu tak bersedih lagi. Aku ingin senyum tulusmu, Taehyung. Bukan senyum palsumu yang seolah kau baik-baik saja." Ujar Jimin sambil bersedekap.
"Ya, hyung. Kau cerewet." Ejek Taehyung sambil menjulurkan lidahnya ke arah Jimin lalu tertawa.
"Hey, aku tak cerewet!" Protes Jimin.
Mungkin berat bagi Taehyung bersikap seperti dulu disaat hatinya benar-benar hancur. Bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Namun bagaimana pun ucapan Jimin dan Jungkook benar, ia tak boleh terlalu terpuruk karena Hyuki. Semangat, Kim Taehyung!
ɷ
Berhari-hari setelah itu, Taehyung kembali seperti dulu. Taehyung yang ceria dan konyol. Taehyung tak mempedulikan Hyuki lagi, tapi bukan berarti ia sudah tak menyayangi Hyuki. Ia masih sangat menyukai Hyuki. Namun, ia tak ingin memikirkan Hyuki. Karena jika mengingat Hyuki, itu akan membuat Taehyung sedih. Taehyung tak ingin sedih. Jadi, ia tak mempedulikan dan memikirkan Hyuki. Taehyung membiarkan Hyuki bersama dengan Junhong. Karena mungkin, Hyuki bisa lebih bahagia bersama Junhong.
Begitu pula Hyuki, semenjak kejadian itu ia tak menganggap Taehyung ada. Hyuki bersikap seolah tak pernah mengenal Taehyung.
ɷ
"Hyuki, aku tau kau masih menyayangi Taehyung. Lalu mengapa kau berpura-pura sudah tak menyayanginya?" Tanya Junhong.
"Hey, oppa! Jangan membahas ha itu!" Protes Hyuki.
"Kenapa? Bukankah Taehyung pria yang baik? Lalu kenapa kau bersikap seperti ini padanya?" Tanya Junhong heran.
"Aku membencinya!" Sahut Hyuki sambil memanyunkan bibirnya kesal.
"Kenapa?" Tanya Junhong.
"Setiap berkencan denganku, ia selalu saja datang terlambat. Dia sangat menyebalkan!" Jawab Hyuki.
"Apa? Jadi hanya karena itu kau mengakhiri hubunganmu dengannya? Hey, Kim Hyuki! Kau bersikap terlalu kekanakan!" Sahut Junhong.
"Hey, kau membelanya?" Protes Hyuki.
"Aku tak membelanya, aku hanya berkata benar. Dalam hal ini, kau yang salah. Kau terlalu bersikap egois dan kekanakan. Aku curiga, jangan-jangan jika ada masalah kecilpun kau malah menjadikan masalah itu menjadi besar, kan? Aku merasa kasihan pada Taehyung." Ujar Junhong.
Hyuki tak menjawab.
"Sudah kuduga. Kau terlalu mudah mengakhiri hubunganmu dengannya tanpa memikirkan tindakanmu sebelumnya." Ucap Junhong.
Hyuki hanya diam, ucapan Junhong ada benarnya.
"Jika boleh kuberi usul, temui dia dan minta maaflah. Perbaiki hubunganmu dengannya. Aku yakin Taehyung akan menerimamu kembali. Ia terlihat masih menyayangimu. Terlihat dari tatapannya saat melihat kau berdekatan denganku." Ujar Junhong.
"Tidak mau! Aku ‘kan wanita! Mana mungkin aku yang lebih dulu bersikap seperti itu? Aku tidak mau." Tolak Hyuki.
"Ck, baiklah terserah padamu!" Cibir Junhong, sedikit kesal dengan sikap kekanakan Hyuki.
ɷ
Hyuki saat ini sedang berada di bukit yang penuh dengan pepohonan. Sekarang sedang musim gugur, dedaunan berguguran membuat hutan ini terlihat indah dengan kontras warna daun kering oranye kecoklatan.
Entah karena alasan apa Hyuki datang kesini. Padahal, ini adalah tempat favorit Taehyung. Taehyung sering mengajaknya kemari. Taehyung sangat suka berada di hutan ini, apalagi jika sedang musim gugur seperti saat ini, Taehyung pasti datang kesini. 3 tahun yang lalu pun, Taehyung menyatakan perasaannya pada Hyuki di bukit ini.
Lalu Hyuki duduk di bawah pohon, tempat biasa ia dan Taehyung duduk jika ke bukit ini. Bersandar pada pohon itu dan memejamkan matanya. Untungnya, cuaca saat ini tak terlalu cerah, jadi tak terasa panas jika duduk di bawah pohon yang daunnya sudah setengah gugur.
Hyuki memikirkan kembali ucapan Zelo tadi. Ucapan Zelo memang ada benarnya.
'Apakah aku terlalu kekanakan?' Batin Hyuki.
"Oh? Hyuki? Sedang apa kau disini?"
Tiba-tiba ucapan seseorang membuat Hyuki tersentak kaget. Ia membuka matanya menatap namja tinggi nan tampan yang kini juga sedang menatapnya.
"Tae.. Taehyung?" Ucap Hyuki gugup.
"Sedang apa kau disini?" Tanya Taehyung.
"A..aku hanya sedang ingin kesini. Apa tak boleh, huh?!" Sahut Hyuki.
"Boleh saja. Tapi untuk apa?" Tanya Taehyung lagi.
"Bukan urusanmu!" Jawab Hyuki.
"Ah! Aku tau! Apakah kau sedang merindukanku?!" Goda Taehyung.
"Apa? Merindukanmu? Jangan harap!" Sahut Hyuki ketus.
"Jangan berbohong. Buktinya kau datang kesini." Ujar Taehyung.
"Lalu jika aku datang kesini apa itu artinya aku sedang merindukanmu, huh?!" Tanya Hyuki.
"Tentu saja! Bukankah kau yang dulu bilang, jika kau kesini maka kau sedang merindukanku." Jawab Taehyung.
"Apa kau bilang? Tidak! Itu dulu! Sekarang berbeda!" Sangkal Hyuki.
"Menurutku itu sama saja." Sahut Taehyung.
"Ck! Baiklah aku pergi!" Ucap Hyuki kesal sambil berjalan pergi meninggalkan Taehyung.
"Tunggu, biarkan aku mengantarmu pulang." Kata Taehyung menahan tangan Hyuki agar tak pergi.
"Tak perlu!" Jawab Hyuki memberontak.
"Tak ada penolakan!" Ucap Taehyung lalu menyeret Hyuki ke mobilnya.
ɷ
"Hey! Kau pemaksa!" Teriak Hyuki saat sudah berada di dalam mobil Taehyung.
Taehyung hanya tersenyum lebar menanggapi teriakan Hyuki, lalu melesatkan mobilnya pergi.
Hyuki hanya memanyunkan bibirnya kesal. Tapi entah mengapa, perkataan yang terlontar di bibir Hyuki berbeda dengan apa yang di katakan hatinya. Hatinya berkata, bahwa ia sangat senang saat ini. Jantungnya pun berdegup lebih kencang saat ini.
ɷ
"Tunggu sebentar, aku ingin membeli beberapa roti untuk Jin hyung. Apa kau ingin ikut ke dalam toko roti?" Ujar Taehyung.
"Tidak." Sahut Hyuki.
"Baiklah, tunggu sebentar." Ucap Taehyung lalu keluar dari dalam mobilnya dan masuk ke toko roti.
Hyuki mengamati mobil Taehyung saat Taehyung sudah pergi. Tersenyum mengingat saat-saat dimana ia masih bersama Taehyung dulu. Bahkan, ciuman pertama mereka terjadi dalam mobil ini. Banyak kenangan mereka di dalam mobil ini.
"Oh hey! Apa yang ku pikirkan?!" Gerutu Hyuki saat kembali tersadar dari pikirannya.
Ia kemudian mengedarkan pandangannya lagi ke sekitar mobil Taehyung dan melihat sebuah kotak berludru berwarna merah muda yang berada di bawah kursi penumpang belakang.
"Oh? Apa itu?" Seru Hyuki lalu menjulurkan tangannya untuk mengambil kotak itu karena penasaran.
"Ya ampun!" Seru Hyuki kaget saat melihat isi dari kotak itu. Sebuah cincin.
"Cincin ini untuk siapa?" Gumam Hyuki.
"Apa dia sudah mempunyai kekasih baru? Tapi kenapa menyimpan kotak cincin ini di bawah kursi penumpang belakang mobil?" Gumamnya heran.
"Maaf menunggu lam– hey! Kotak itu!!" Seru Taehyung kaget saat melihat Hyuki memegang kotak cincin.
"Dasar bodoh! Kau mengagetkanku!" Gerutu Hyuki karena kaget mendengar Taehyung tiba-tiba berteriak.
Taehyung merampas kotak itu dari tangan Hyuki dan membuat Hyuki menatapnya heran.
"Itu cincin untuk siapa?" Tanya Hyuki.
Taehyung menatap Hyuki, membuat Hyuki heran dengan sikapnya.
"Apa kau ingin tau?" Tanya Taehyung.
Hyuki mengangguk pelan. Sebenarnya ia memang sangat penasaran.
"Baiklah. Aku akan membawamu ke suatu tempat." Ucap Taehyung sambil melesatkan mobilnya pergi.
'Apa aku harus mengatakannya?' Batin Taehyung.
'Apa dia akan mengajakku ke rumah pacarnya? Tapi untuk apa? Untuk memamerkannya padaku? Ck! Tapi aku memang sangat penasaran.' Pikir Hyuki.
ɷ
"Untuk apa kau mengajakku kesini lagi?" Tanya Hyuki bingung karena Taehyung mengajaknya ke bukit tadi lagi.
"Bukankah kau ingin tau cincin ini untuk siapa?" Ujar Taehyung.
"Hm." Sahut Hyuki.
"Cincin ini untukmu." Ujar Taehyung tiba-tiba membuat Hyuki melebarkan matanya tak percaya.
"Ma..maksud mu?" Tanya Hyuki bingung.
"Kau tau? Saat aku datang terlambat saat itu. Sebenarnya aku sudah datang jauh sebelum kau datang. Aku diam di dalam mobilku untuk menyiapkan kata-kata yang harus ku ucapkan untuk mengajakmu bertunangan. Aku begitu gugup saat itu." Ujar Taehyung.
Hyuki diam. Memilih untuk mendengarkan kelanjutan ucapan Taehyung.
"Namun nyatanya aku salah. Rencana ku gagal. Kau malah marah dan mengakhiri hubungan ini. Aku begitu hancur saat itu." Lanjut Taehyung.
"Jangan berbohong! Kau menyebalkan saat itu dan aku membencimu!" Sahut Hyuki menyangkal.
"Untuk apa aku berbohong? Kau terlalu egois dan bersikap kekanakan hingga tak mau mendengar penjelasanku terlebih dulu. You dont know love, Hyuki." Ujar Taehyung.
"Ta..tapi.." Ucap Hyuki terbata-bata.
"Tapi apa?" Tanya Taehyung.
"Maafkan aku. Aku tau aku sangat kekanakan. Aku benar-benar menyesal. Aku..aku menyayangimu… Hiks..." Ucap Hyuki sambil memeluk Taehyung dengan tiba-tiba. Membuat Taehyung tersentak kaget dengan sikapnya.
"Maafkan aku... Hiks... Maaf..." Sesal Hyuki.
Taehyung melepaskan pelukan Hyuki dan tersenyum pada Hyuki lalu menghapus air mata Hyuki.
"Jangan menangis. Aku sudah memaafkanmu sebelum kau meminta maaf." Ujar Taehyung.
"Be..benarkah?" Tanya Hyuki tak percaya.
"Ya. Kau masih menyayangiku?" Tanya Taehyung.
Hyuki mengangguk malu.
"Jadi apa kau mau bertunangan denganku?" Tanya Taehyung.
Hyuki menatap Taehyung tak percaya. Tapi kemudian ia tersenyum jahil dan memanyunkan bibirnya. "Hey! Kau tak romantic sama sekali! Mengatakan hal itu tanpa ada hal romantis."
Taehyung tertawa mendengar perkataan Hyuki. "Baiklah baiklah."
Taehyung berjongkok di depan Hyuki dan memegang tangan kanan Hyuki sambil membuka kotak cincin itu.
"Nona Kim Hyuki, mau kah kau bertunangan dengan Kim Taehyung?" Tanya Taehyung.
Hyuki tersenyum. Pipinya bersemu merah diperlakukan seperti itu oleh Taehyung.
"A..aku mau." Jawab Hyuki malu.
Taehyung tersenyum lalu memasangkan cincin itu pada jari manis Hyuki. Membuat pipi Hyuki semakin bersemu merah karena malu.
"Aku senang!" Seru Taehyung lalu memeluk Hyuki erat.
"Hey! Jangan terlalu erat memelukku! Aku sulit bernafas, Tuan Kim!" Protes Hyuki.
Taehyung tertawa. "Maafkan aku."
Hyuki hanya tersenyum lalu dengan tiba-tiba ia mencium Taehyung, membuat Taehyung melebarkan matanya tak percaya. Namun pada akhirnya ia juga ikut memejamkan matanya menikmati ciuman manis itu.
ɷ