Title : My Peterpan -oneshoot-
Cast : Han Hyu Ri (OC), Kim Seok Jin (BTS), and other cast.
Genre : sad, romance, and other.
Warning : typo's every where. Dont read if you not like. Please leave Coment and Like. Dont be silent readers!
Thankyou for reading ^^
Author : Oh Shara
Instagram : _andinnn
-Hyuri POV-
Aku mencintainya, Kim Seok Jin, seorang sahabat yang
tak mungkin ku miliki. Apa kata 'di dunia ini tak ada yang tak mungkin'
sudah tak berlaku lagi? Oh aku tau! Mungkin kata itu hanya tak berlaku untuk
ku.
"Hallo, Tink!" Sapa nya.
"Tink? Apa kau memanggil ku Tinkerbell
lagi?"
Aku heran padanya, kenapa akhir-akhir ini ia sangat
suka memanggilku dengan sebutan Tinkerbell.
"Ya, kenapa? Kau tak suka jika ku panggil
Tinkerbell? Bukankah itu nama yang sangat lucu? Seorang peri yang akan bersemu
merah wajah nya jika sedang marah dan malu. Tetapi ia manis dan penolong. Ia
baik hati."
Aku merasa tersipu mendengar ucapan nya. Manis? Baik
hati? Begitukah aku? Dapat ku rasakan jika pipi ku bersemu merah. Ah tunggu!
Penolong? Apa aku seorang penolong bagi nya?
"Hey! Kenapa kau melamun? Lihat! Pipi mu bersemu
merah! Apa kau sedang malu?!" Seru nya.
"Ti..tidak!" Sahutku cepat, "Lalu… Jika
aku Tinkerbell, apakah kau Peterpan?"
"Tentu saja! Dan Peterpan sangat beruntung
mendapatkan sahabat dan peri penolong seperti Tinkerbell. Begitu juga dengan
ku. Aku sangat beruntung mendapatkan sahabat seperti mu!"
Sahabat? Apakah tak bisa lebih dari sahabat? Kenapa
aku harus menjadi Tinkerbell? Kenapa aku hanya menjadi sahabat dan peri
penolong mu? Oh aku lupa! Tinkerbell tak akan pernah bisa bersama Peterpan
meski ia mencintai Peterpan. Yeah, nasib ku seperti Tinkerbell ku rasa.
"Hey!! Kau melamun lagi huh?!" Serunya
kesal.
"Ah ya? Maafkan aku." Ucapku sambil tertawa
kaku dan menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Baiklah, Tink! Aku akan pergi sekarang. Jangan
merindukan pria tampan seperti ku. Hahaha."
"Hey!! Pria tampan kau bilang? Kau itu
jelek!!"
Aku berbohong. Sebenar nya ia tampan. Bahkan sangat
tampan.
ɷ
-Author POV-
"Tink!" Teriak Jin memanggil Hyuri.
Tak ada sahutan dari Hyuri.
"Tink!"
Hyuri tetap tak menyahut.
"Tinkerbell!"
Tetap tak ada jawaban dari Hyuri.
"Ck menyebalkan sekali." Desis Jin kesal, "Hey!!
Han Hyuri!!"
"Oh! Jin? Ada apa? Ku kira siapa yang
berteriak." Sahut Hyuri polos sambil menengok ke arah meja Jin.
"Aku memanggil mu daritadi kenapa kau tak
menyahut?!" Tanya Jin kesal.
"Eh? Kau memanggil ku? Kapan? Kau hanya memanggil
nama ku sekali." Jawab Hyuri.
"Huh? Aku memanggil lebih dari sekali!" Jin mengacak
rambut nya kesal.
"Benarkah? Bukankah tadi kau berteriak Tink dan Tinkerbell?
Kau tak meneriakkan nama ku."
"Aku memanggil mu, bodoh! Aku hanya memanggil
sebutan Tinkerbell padamu."
"Benarkah? Ah, maaf. Aku lupa."
Hyuri tersenyum kaku menanggapi ucapan Jin, sedangkan
Jin hanya mendengus kesal.
"Lagipula namaku Han Hyuri bukan
Tinkerbell."
"Ya, aku tau. Tapi aku lebih suka memanggil mu
Tinkerbell."
"Kenapa begitu?"
"Karena Tinkerbell sahabat Peterpan. Dan aku
Peterpan jadi kau adalah Tinkerbell. Kau tau, Hyuri? Peterpan ingin bersama
Tinkerbell selama nya. Ia tak mau kehilangan Tinkerbell."
"Benarkah? Bukankah Peterpan seorang yang egois?
Ia selalu meminta bantuan pada Tinkerbell tapi ia tak membalas cinta
Tinkerbell."
"Egois? Kurasa tidak. Peterpan hanya ingin
menganggap Tinkerbell sahabat nya. Peterpan juga mencintai Tinkerbell. Ia
membalas cinta Tinkerbell. Tapi ia mencintai Tinkerbell sebagai seorang
sahabat."
"Tapi Tinkerbell menginginkan yang lebih dari
sahabat."
"Ya. Tapi Peterpan hanya menginginkan Tinkerbell
sebagai sahabat nya. Lagipula bagaimana mungkin peri penolong menjadi kekasih
seseorang yang selalu di tolong nya? Menjadi sahabat lebih baik di banding
kekasih. Tapi pada akhirnya Tinkerbell pergi meninggalkan Peterpan. Hal itu
sangat membuat Peterpan sedih."
"Hm… Memang seperti itu."
"Tapi aku percaya. Tinkerbell yang ku miliki tak
akan pernah meninggalkan ku."
Hyuri hanya tersenyum menanggapi ucapan Jin.
ɷ
"Jin, setelah kelulusan nanti, kau mau
kemana?" Tanya Hyuri.
Saat ini Hyuri sedang berada di kamar Jin. Mereka
sedang mengerjakan tugas bersama.
"Aku? Entahlah. Aku hanya ingin menikmati
hidup." Jawab Jin.
"Kenapa kau hanya menjawab begitu?" Tanya
Hyuri heran.
"Karena aku hanya ingin menikmati hidup."
"Baiklah."
Hening,
tak ada lagi percakapan diantara mereka berdua. Mereka hanya larut dalam
pikiran masing-masing sampai erangan kesakitan dari Jin memecah keheningan itu.
Jin terlihat kesakitan sambil memegangi dadanya, hal itu membuat Hyuri
khawatir.
"Jin! Ada apa?!" Tanya Hyuri panik.
"Ti..tidak. Arghh!! Bisakah kau pergi dari
sini?"
"Eh? Ke..kenapa? Apa kau baik-baik saja?"
"TINGGALKAN AKU SENDIRI!!" Teriak Jin, "Arghh!!"
"Ta.. Tapi.."
"CEPAT!! Arghh!!"
"Ba..baiklah." Ujar Hyuri lalu membereskan
barang-barang nya dan pergi meninggalkan Jin.
"Tolong tutup pintu nya."
"Ba..baik." Sahut Hyuri.
"Arghh!! Dimana obat itu?!" Racau Jin saat
Hyuri sudah benar-benar pergi dari kamarnya.
Ia mengobrak-abrik laci di samping tempat tidur nya.
Mencari sesuatu yang dapat meredakan sakit di dadanya.
Setelah mendapatkan nya, Jin meneguk obat itu tanpa
air karena memang tak ada air di kamar nya. Ia tak sanggup untuk pergi ke dapur
mengambil segelas air.
Jin terduduk di lantai sambil bersandar pada tempat
tidur nya. Menghela nafas panjang dan memejamkan mata nya.
‘Kapan penderitaan ini bisa berakhir?’
Ia kemudian naik ke tempat tidur nya. Tertidur dan
berharap agar kondisi nya lebih baik saat ia bangun nanti. Atau mungkin, ia berharap
lebih baik jika ia bangun di alam yang berbeda.
ɷ
"Jin kenapa? Ia begitu kesakitan tadi."
Gumam Hyuri. Ia terus saja memikirkan Jin semenjak kejadian tadi.
Kini, Hyuri sedang terduduk di tempat tidur nya.
"Apa ada sesuatu yang ia sembunyikan dariku? Apa
ia punya suatu penyakit?"
Ia terlihat berpikir mengenai apa yang Jin alami tadi.
"Uh? Hyuri bodoh! Tak boleh berpikiran yang aneh
tentang Jin." Gerutunya sambil memukul-mukul pelan kepalanya.
"Aishh!! Lebih baik aku tidur."
Kemudian ia menarik selimutnya dan tertidur dengan
masih memikirkan keadaan Jin.
ɷ
"Hai, Tink!" Sapa Jin pada Hyuri saat ia
baru masuk ke ruangan kelasnya.
"Hey Jin!" Seru Hyuri.
Jin tersenyum pada Hyuri lalu duduk di bangku belakang
meja Hyuri.
"Jin…" Panggil Hyuri.
"Hm?" Sahut Jin.
"Ke..kemarin kau kenapa? Kau begitu kesakitan
kemarin." Tanya Hyuri. Sebenar nya ia tak ingin menanyakan hal ini, namun
ia begitu penasaran.
"Kemarin? Yang mana kah?" Tanya Jin. Ia
bepura-pura tak ingat.
"Yang kemarin. Saat mengerjakan tugas bersama,
kau tiba-tiba mengerang kesakitan." Jawab Hyuri.
"Ahh!! Aku tak ingat!" Kata Jin sambil
menggaruk kepala nya yang tak gatal.
"Jangan berpura-pura tak ingat, Jin-ah."
Ujar Hyuri.
"Tink! Bisakah kita tak membicarakan ini?"
Pinta Jin.
"Kenapa?" Tanya Hyuri bingung.
"Tink, kau menyebalkan!" Kata Jin.
"Anyeong haseo." Tiba-tiba suara Lee seongsangnim
menginterupsi pembicaraan mereka.
Hyuri menengok ke depan dan mendengus kesal.
'Syukurlah Lee Sangnim datang.' Batin Jin lega.
ɷ
"Tink, aku ingin mengajak mu ke bukit di belakang
sekolah nanti."
"Eumm.. Baiklah."
ɷ
"Wuahh! Disini sejuk dan indah." Seru Hyuri.
Mata nya menelusuri setiap inci dari bukit ini.
"Kau baru kesini?" Tanya Jin. Lalu ia duduk
di rerumputan.
"Hm!" Sahut Hyuri lalu ikut duduk di
rerumputan.
Untuk beberapa saat, mereka sama-sama terdiam.
Terlarut dalam pikiran nya masing-masing.
"Tink..."
"Hm?"
"Bolehkah aku tertidur di atas pahamu?"
"Tentu saja boleh."
Jin tersenyum lalu menidurkan kepalanya di atas paha
Hyuri.
"Tink, bisakah kau belai rambut ku?"
"Ya ampun! Kau begitu manja." Sahut Hyuri.
Tapi kemudian ia membelai rambut Jin.
Jin tersenyum dan menutup mata nya.
'Kau sangat tampan. Aku sangat senang bisa seperti
ini.' Batin Hyuri.
DEG
DEG
DEG
DEG
'Arghh! Jantung bodoh!' Umpat Jin dalam hatinya.
Secara refleks, ia memegangi dada nya.
"Jin, ada apa?" Tanya Hyuri menyadari Jin
kesakitan.
Jin membuka mata nya. "Tidak. Ayo kita
pulang."
"Oh? Baiklah." Sahut Hyuri.
'Tenanglah! Arghh!' Batin Jin.
'Ini terjadi lagi.' Batin Hyuri.
ɷ
"Jin, apa kau yakin tak apa? Kemarin kau begitu
kesakitan." Tanya Hyuri.
"Ku bilang aku baik-baik saja." Jawab Jin
sambil tersenyum.
Hyuri diam. Ia tak mau bertanya lebih.
"Jin, kemarin kau sudah meminta sesuatu dariku.
Apa sekarang aku boleh meminta sesuatu padamu?"
"Tentu. Apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin kau menggendong ku berkeliling taman
rumah mu ini."
Jin diam. Masalah nya adalah, ia mau saja. Tapi,
apakah ia akan sanggup?
Jin akhirnya memilih untuk menuruti keinginan Hyuri,
ia berjongkok membelakangi Hyuri. "Baiklah, ayo naik ke punggung ku."
Hyuri tersenyum lalu naik ke punggung Jin.
Jin membawa Hyuri berkeliling taman ini. Mereka sangat
terlihat bahagia. Tak henti-henti nya mereka terus tertawa senang.
Saat sedang tertawa senang, Jin tiba-tiba saja
mengerang sambil memegangi dadanya, ia menghentikan langkahnya membawa Hyuri
berkeliling taman ini.
"Arghh!" Erang Jin lagi.
"Jin, a..ada apa?" Tanya Hyuri panik. Ia
berusaha turun dari punggung Jin.
"Jangan turun. Aku sudah berjanji akan menggendong
mu berkeliling taman ini."
"Tapi, Jin…" Hyuri terus berusaha turun dari
punggung Jin.
"Diam.. Arghh!"
"Jin…"
"Aku akan-"
BRUK
Ucapan Jin terhenti seiring dengan ambruk nya ia ke
atas rumput. Membuat Hyuri mau tak mau juga ikut ambruk di atas tubuh Jin.
"Jin!" Teriak Hyuri. Ia bangun dari punggung
Jin lalu membalikkan tubuh Jin.
"Jin, bangun!" Kata Hyuri sambil
menggoyangkan tubuh Jin.
"Apa kau sedang bercanda? Bangunlah! Ini tak
lucu!"
Tak ada jawaban.
"Jin! Kumohon!"
Tetap tak ada jawaban.
"Jin! Hey bangunlah, ku mohon!"
Masih tak ada jawaban.
Menyadari Jin memang tak sadarkan diri, Hyuri panik.
Ia masuk ke dalam rumah Jin untuk mencari Nyonya Shin dan Tuan Choi, pembantu
rumah tangga di rumah keluarga Kim.
"Ya ampun! Tuan Muda!" Seru Nyonya Shin
kaget melihat keadaan Jin.
"Aku akan menelepon ambulan." Ujar Hyuri.
"Tuan Choi, bantu aku memindahkan Tuan
Muda." Ujar Nyonya Shin.
ɷ
"Bagaimana keadaan Seokjin?" Tanya Nyonya
Kim, ibu dari Jin. Ia baru datang dari kantor nya bersama Tuan Kim, ayah dari
Jin.
"Tuan Muda masih belum sadarkan diri,
Nyonya." Jawab Nyonya Shin.
"Apa yang sebenar nya terjadi sampai penyakitnya
kambuh?" Tanya Tuan Kim.
"Aku tak tau, Tuan. Saat sedang membereskan
rumah, Nona Hyuri memanggil ku dan Nyonya Shin untuk menolong Tuan Muda. Saat
kami datang, Tuan Muda sudah tak sadarkan diri di taman belakang." Jawab
Tuan Choi.
Nyonya dan Tuan Kim menatap Hyuri. Meminta penjelasan
dari nya.
Hyuri menundukkan kepala nya. "Ma..maafkan aku.
Aku hanya meminta Jin untuk menggendong ku berkeliling taman. Lalu ia mengerang
kesakitan dan tak sadarkan diri. Aku.. Aku tak tau apa yang terjadi padanya.
Ini semua salah ku. Jeongmal mianhamnida."
"Ya ampun! Menggendong mu berkeliling taman?!"
Seru Nyonya Kim kaget.
"Ma..maafkan aku. Ini semua salah ku." Sesal
Hyuri.
"Ini semua bukan salah mu. Ini salah Seokjin yang
terlalu memaksakan diri sehingga ia terlalu kelelahan." Ujar Tuan Kim
ramah.
"Tapi, paman.."
"Sudahlah. Ayo berdoa untuk kesembuhan Seokjin
dan berharap ia masih bisa membuka mata nya." Ujar Tuan Kim.
Hyuri hanya mengangguk. Sebenar nya, ia tak mengerti
dengan ucapan Tuan Kim.
ɷ
"Kapan kau akan sadar, Jin?" Tanya Hyuri
pada Jin yang masih tak sadarkan diri sejak kemarin.
Tiba-tiba Hyuri kaget saat melihat tangan Jin
bergerak. Dan tak lama setelah itu, kedua mata Jin terbuka. Jin sadar!
"Jin? Akhirnya kau sadar!" Seru Hyuri
senang.
Jin hanya tersenyum.
"Bisakah kau membantu ku untuk duduk?" Tanya
Jin.
"Kau masih belum pulih, jadi berbaring
saja." Tolak Hyuri.
"Kumohon.." Pinta Jin.
"Baiklah jika kau memaksa." Kata Hyuri.
"Dimana yang lain nya?" Tanya Jin.
"Siapa? Keluarga mu? Eum.. Nyonya Shin dan Tuan
Choi kembali ke rumah mu. Kim ahjuma dan Kim ahjushi pergi ke kantor nya.
Katanya ada sesuatu yang perlu mereka urus." Jawab Hyuri.
"Selalu saja seperti itu. Sibuk dengan pekerjaan
nya tanpa mempedulikan aku." Keluh Jin.
"Ck! Kau itu manja sekali huh?! Orangtuamu
bekerja untuk dirimu. Lagipula kau sudah besar. Kau bisa hidup mandiri tanpa
mereka!" Protes Hyuri.
Jin hanya mengangguk malas menanggapi perkataan Hyuri.
"Tink, bisakah aku tidur diatas pahamu
lagi?" Pinta Jin.
"Tentu saja." Sahut Hyuri lalu ia
memposisikan diri duduk di atas ranjang rumah sakit ini dan menopang kepala Jin
agar bisa tidur di atas pahanya.
"Jin, apa..apakah kau mempunyai penyakit?"
Tanya Hyuri hati-hati. Takut menyinggung perasaan Jin.
"Penyakit? Tentu tidak. Aku kuat dan sehat."
Jawab Jin.
"Lalu, kemarin kau kenapa?" Tanya Hyuri.
"Aku hanya terlalu lelah menggendong mu. Kau tau?
Kau berat sekali!" Jawab Jin sambil tersenyum jahil.
Hyuri tak menghiraukan lelucon Jin. "Lalu kenapa
kau tak memperbolehkan aku turun jika kau terlalu lelah?"
"Karena aku sudah berjanji akan menggendong mu
mengelilingi taman rumah ku." Jawab Jin.
Hyuri diam. Ia tau jika Jin sedang berbohong.
"Sudahlah, Tink. Jangan membahas hal itu
lagi." Pinta Jin.
Hyuri hanya mengangguk menanggapi ucapan Jin. Ia
membelai rambut Jin. Membuat Jin memejamkan kedua mata nya menikmati saat-saat
seperti ini.
"Tink.." Panggil Jin.
"Hm?" Sahut Hyuri.
Jin bangkit lalu dengan tiba-tiba mencium bibir Hyuri.
Membuat Hyuri membulatkan mata nya kaget. Tapi kemudian, Hyuri juga ikut
memejamkan mata nya. Menikmati ciuman pertama nya bersama Jin.
Jin melepas tautan bibir nya pada bibir Hyuri.
"Saranghae." Ujar Jin.
"A..apa?" Kaget Hyuri sambil membulatkan
mata nya tak percaya.
Jin tersenyum. Dan tiba-tiba saja ia mengerang
kesakitan sambil memegangi dada nya.
"Jin, ke..kenapa?" Tanya Hyuri panik.
"Sakit. Arghh!" Erang Jin lagi.
"Jin!" Seru Hyuri tambah panik.
"Arghh! Ma..maaf. Aargghh!! Maafkan aku, Tink.
Arghh!" Erang Jin lalu ia tak sadarkan diri lagi.
Hyuri panik. Lalu ia memencet tombol di samping
ranjang rumah sakit ini untuk meminta bantuan perawat.
ɷ
"Bagaimana keadaan Seokjin?!" Tanya Nyonya
Kim panik.
"Dokter masih memeriksa nya." Jawab Tuan
Choi.
Nyonya Kim hanya menghela nafas berat menanggapi
jawaban Tuan Choi.
Tak lama, Dokter Lee keluar dari ruangan Jin.
"Bagaimana, dokter?" Tanya Tuan Kim.
"Seperti nya ia harus di operasi." Jawab
Dokter Lee.
"Lakukanlah!" Seru Nyonya Kim.
"Tapi kemungkinan ia akan selamat sangat
kecil." Ujar Dokter Lee.
"Lakukanlah yang terbaik!" Seru Nyonya Kim.
"Baiklah. Aku akan mempersiapkan operasi nya.
Permisi." Ujar Dokter Lee lalu pergi.
"Operasi? Ke..kenapa? Kenapa Jin harus di
operasi?" Tanya Hyuri bingung.
Nyonya Kim menatap Hyuri iba. Lalu ia menatap suami
nya. Meminta persetujuan dari Tuan Kim untuk menceritakan semua nya. Tuan Kim
mengangguk.
"Hyuri…" Panggil Nyonya Kim.
"Ya? Apa yang terjadi pada Jin?" Tanya
Hyuri.
"Apakah Seokjin tak pernah menceritakan nya
padamu?" Ujar Nyonya Kim.
"Menceritakan apa? Bibi, ku mohon jangan
bertele-tele." Kata Hyuri mulai tak sabar.
"Seokjin menderita kelainan jantung sejak ia lahir,
Hyuri-ah." Ujar Nyonya Kim.
Ucapan Nyonya Kim mampu membuat Hyuri syok. Ia sangat
kaget mendengar nya. Bagaikan tersambar petir di siang hari, itu lah yang ia
rasakan saat ini. Tak terasa, liquid bening itu mulai mengalir di kedua sudut
mata nya.
"Tidak. Ini tak mungkin. Katakan padaku bahwa ini
hanya lelucon. Tak mungkin Jin mempunyai penyakit seperti itu. Ini lelucon!
Katakan padaku ini hanya lelucon… Hiks…" Kata Hyuri.
"Aku juga berharap ini hanya lelucon, Hyuri-ah.
Namun ini kenyataan. Kenyataaan yang sangat pahit." Ujar Nyonya Kim yang
mulai menitikan air mata nya.
"Tidak. Tidak. Ini tak mungkin. Hiks… Arghh!! Jin!!"
Teriak Hyuri.
"Tenanglah, Nona. Kita hanya perlu berdoa agar
operasi Tuan Muda berhasil." Ujar Nyonya Shin menenangkan.
"Seokjin… Hiks… Kenapa ia tak menceritakan nya
padaku selama ini? Hiks… Jin… Hiks… Ini hanya lelucon. Ini hanya lelucon. Hiks…"
Isak Hyuri.
"Tenanglah, Nona." Ujar Nyonya Shin.
ɷ
Setelah lama menunggu, akhirnya Dokter Lee keluar dari
ruang operasi. Namun, raut wajah kecewa yang tergambar pada wajah Dokter Lee.
Apakah berita buruk?
"Dokter Lee, bagaimana?" Tanya Tuan Kim.
"Maafkan aku. Aku sudah berusaha semaksimal
mungkin. Tapi… Tuan Kim Seokjin lebih memilih menyerah. Ia tak bisa di
selamatkan." Ujar Dokter Lee menyesal.
"Apa? Lelucon apalagi ini? Setelah tadi mendengar
bahwa Jin mempunyai suatu penyakit parah. Sekarang, bahkan kau bilang bahwa Jin
sudah tak bernyawa di dalam sana? Ayolah! Hentikan lelucon ini." Sangkal
Hyuri.
Dokter Lee menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan
Hyuri, "Nona, aku tidak sedang mengatakan sebuah lelucon."
"Tidak! Jin pasti selamat. Ia hanya sedang
menggoda ku. Sebentar lagi, ia pasti akan bangun dan berkata, 'sureprise! Ini
hanya lelucon, Tink! Apa kau terkejut?'. Benarkan?" Ujar Hyuri tetap pada
keyakinannya.
"Maafkan aku. Aku harus pergi. Permisi."
Ujar Dokter Lee lalu pergi meninggalkan mereka yang masih syok menerima kenyataan
bahwa seorang Kim Seokjin sudah meninggalkan mereka untuk selama-lama nya.
"Hey! Kim Seokjin! Bangunlah! Ini tak lucu!"
Teriak Hyuri.
Nyonya Kim memeluk Hyuri sambil menangis. "Tenanglah,
Hyuri. Relakan Seokjin pergi."
"Tidak! Tidak! Hiks… Jin pasti bangun… Hiks… Jin…
Hiks…" Isak Hyuri.
"Tenanglah. Hiks…" Ujar Nyonya Kim sambil
ikut terisak.
ɷ
Hari ini adalah hari berkabung kepergian Jin, semua
berkabung dan ikut terlarut dalam kesedihan di rumah duka. Kepergian Jin yang
tak akan pernah kembali lagi. Kepergian Jin yang secara tiba-tiba.
Hyuri masih saja menangis. Ia masih tak percaya bahwa
Jin pergi meninggalkan nya untuk selama-lama nya. Sulit rasa nya untuk Hyuri
mempercayai semua itu.
ɷ
Sepulang dari rumah duka, Hyuri pergi ke kamar Jin.
Diam dan berkhayal bahwa Jin masih berada di kamar itu sedang tertidur sambil
memeluk boneka kesayangannya. Bangun dan tersenyum padanya.
Namun bagaimanapun juga itu hanyalah sebuah khayalan
bukan? Khayalan mustahil yang tak akan mungkin terjadi lagi.
Hyuri tersenyum pahit menerima kenyataan itu. Ia
mengambil boneka Jin dan memeluk nya. Kemudian secara tak sengaja ia menemukan
secarik kertas di bawah boneka itu. Hyuri membuka kertas itu dan membaca tulisan
dari kertas itu.
--------------------------------------------------------------------
For
: My Tinkerbell
Hallo, Tink! Aku tau saat kau membaca surat ini, aku
sudah tak bersamamu lagi. Kau tau? Kurasa waktuku terlalu cepat berakhir.
Aku ingin meminta maaf padamu.
Maaf karena tak memberi tau mu tentang penyakit ku
ini. Kau tau? Aku tak ingin membuatmu sedih. Aku selalu ingin terlihat kuat di
hadapanmu. Aku ingin menjadi pelindungmu, Tink.
Maaf juga karena aku tak sempat menyatakan perasaanku
padamu. Sebenarnya aku mencintaimu, Tink. Sangat mencintaimu. Aku tau kau juga
mencintaiku kkk~. Apa aku terlalu percaya diri? Ini yang ku takutkan. Aku
terlalu percaya diri padahal kau sendiri sama sekali tak mencintaiku. Maafkan
aku.
Maafkan aku karena saat itu aku mengusirmu keluar dari
kamarku. Saat itu aku terlalu senang di dekatmu sehingga aku tak bisa mengatur
detak jantungku. Jantung bodoh ini tak bisa diajak bekerja sama, Tink! Aku mengusirmu
karena tak ingin kau cemas padaku. Saat di bukitpun sebenarnya jantung bodoh
ini juga kambuh. Namun beruntung, saat itu aku masih bisa mengaturnya.
Tink, maafkan aku karena atak bisa menjagamu
selamanya. Aku tak bisa bersamamu dan malah pergi meninggalkanmu selamanya.
Maaf. Apakah aku seorang sahabat yang kejam? Apakah aku pria yang sangat bodoh?
Kumohon jangan membenciku. Jangan pula bersedih.
Jangan menangisi kepergianku. Kau tau? Aku sangat tak suka melihatmu menangis.
Jadi jangan menangis untukku.
Aku percaya suatu saat nanti akan ada seorang pria
yang akan menjagamu seperti aku dengan marga yang sama denganku, Kim.
Terima kasih untuk segalanya, Tink. Aku mencintaimu.
You are my Tinkerbell.
Salam cinta dari sahabat tampanmu,
Kim Seok Jin as your Peterpan ♡
--------------------------------------------------------------------
Hyuri kembali menangis membaca surat dari Jin. Namun
setelah itu, ia menghapus air matanya.
"Aku tak akan menangis untukmu, Jin."
"Hey Jin, kau tau? Bukankah dalam dongeng,
Tinkerbell yang meninggalkan Peterpan? Lalu kenapa dalam kisahku, Peterpan yang
meninggalkan Tinkerbell? Dan dulu bukankah kau percaya bahwa aku tak akan
meninggalkanmu seperti Tinkerbell dalam dongeng? Kepercayaanmu itu benar,
Jin-ah. Aku tak meninggalkanmu tapi kau yang meinggalkanku."
Hyuri memegang bibir nya. "Ciuman pertamaku..
Juga sebagai ciuman perpisahanku denganmu, Jin."
Hyuri tersenyum. "Aku percaya pada kehidupan
kedua. Jika saat ini aku tak bisa bersamamu, aku percaya pada kehidupan kedua
nanti aku akan bersamamu. Pasti."
Hyuri memandang boneka kesayangan Jin. Lalu memeluk
dan menciumnya.
"Aku juga mencintaimu, Kim Seokjin. My
Peterpan."
ɷ
sedih banget ya ampunn jinnn omaygaaaaaattt
BalasHapusmakasih udah mau baca dan nyempetin komen ^^
Hapusaishhhh , harusnya happy ending eon ,,,
BalasHapusKim Seok ( Jin ) omg tamvannn akuuuu saranghaeee ,, ♥
lanjutkan karya2 again y eon ★
Kkk ini sad ending :D
HapusMakasih ya udah nyempetin buat komen ^^
Sedihh endingnya aku sampe nangis
BalasHapus