Title : 미안해, 사랑해 (I'm Sorry, I Love You)
Cast : Choi Seulki (OC), Oh Sehun (EXO), and other.
Genre : Hurt, sad
Note : typo's everywhere. Please RCL! Hargai karya saya please
Author : 오사라 (Oh Shara)
Sudah 2 minggu ini hubungan ku dengan nya berakhir, tapi entah
mengapa aku masih belum bisa merelakan nya pergi dari hidupku. Aku masih
mencintai nya, sangat sangat mencintai nya. Ku pikir aku tak akan
pernah bisa melupakan semua kenangan nya, aku takkan bisa merelakan nya
pergi bersama wanita lain.
Semua ini memang salah ku.
Akibat ulah konyol ku yang dengan tanpa berpikir sudah mengakhiri
hubungan ku dengan nya. Bukan tanpa alasan aku mengakhiri hubungan ini
dan meminta nya untuk pergi jauh dariku, itu semua ku lakukan agar ia
dapat merubah sikap buruknya. Aku hanya ingin merubah nya menjadi
pribadi yang lebih baik, tapi yang ku dapat adalah…. Etahlah. Jika saja
ia tak selalu membohongi ku, jika saja ia setia padaku, jika saja ia
dapat menjaga kepercayaan ku, jika saja ia dapat merubah sikap nya, jika
saja… Aku hanya dapat mendasarkan itu semua pada kata ‘jika saja’.
Ku pikir semua nya akan berjalan sesuai dengan apa yang ku rencanakan, aku mengakhiri hubungan ini-ia meminta maaf padaku-berjanji akan merubah sikap nya-hubungan kami tak jadi berakhir.
Itulah yang ku rencanakan, tapi di luar dugaan. Semua nya tidak
berjalan dengan rencana ku. Semua nya gagal dan malah berbalik membuat
hatiku sakit.
Awalnya ia memang memohon padaku untuk
tetap berada di sampingnya, tapi aku tetap berpura-pura seakan aku tak
menginginkan nya lagi dan meminta nya untuk pergi jauh dariku. Itu
bohong. Sebenarnya aku sangat senang ia seperti itu, tapi aku terlalu
naïf untuk mengakuinya dan malah terus menolaknya. Aku melakukan itu
karena hanya ingin tau seberapa besar ia bersungguh-sungguh untuk ku.
Lama kelamaan entah karena ia bosan atau karena mendapat kekasih baru,
ia menghilang begitu saja dari hidupku. Tak menghubungi ku sama sekali
dan itu semua membuat ku cemas, bahkan aku merasa takut kalau ia
benar-benar mendapatkan kekasih baru. Entahlah.
***
Malam
tahun baru tiba, sebelum hubungan ku dengan nya berakhir, aku sudah
merencanakan bahwa aku dan dia harus bersama pada malam tahun baru ini.
Tapi karena hubungan kami berakhir, itu semua pupus dalam harapan ku.
Dan pada akhirnya aku pergi berjalan-jalan bersama teman ku untuk
merayakan malam tahun baru ini sekaligus menonton perwakilan sekolah
kami yang memberikan penampilan terbaik mereka untuk menghibur
orang-orang yang merayakan malam tahun baru di pinggiran Sungai Han.
“Seul-ah, jangan bersedih terus!” Ucap Hyejung menyemangati ku sambil merangkul pundak ku.
“Aku baik-baik saja.” Sahut ku meyakinkan sambil tersenyum simpul lalu kembali menikmati penampilan dari teman sekolah kami.
Hyejung mengangguk dan kembali memfokuskan matanya ke panggung dan menikmati penampilan teman sekolah kami juga.
Mata ku menerawang di antara banyak nya orang yang melihat juga, mencari-cari sosok dirinya diantara banyak nya orang.
‘Mana dia? Apa dia tak datang?’ Batin ku.
Ya, aku sedang mencari Oh Sehun, sosok pria yang telah menjadi mantan pacar ku tepat 2 minggu yang lalu –yang ku ceritakan pada awal cerita–.
“Kau mencari siapa?” Tanya Hyejung yang sepertinya sadar dengan apa yang ku lakukan.
“Tak ada.” Jawab ku berbohong.
“Jangan berbohong. Kau pasti sedang mencari Sehun bukan?” Goda Sujeong, teman ku juga.
Aku menggeleng cepat.”Itu tidak benar. Sudahlah nikmati saja pertunjukkan nya.”
Mereka berdua mengangguk dan kembali melihat pertunjukkan nya.
Aku
kembali mencari sosok nya, sosok yang aku rindukan beberapa minggu ini.
Sosok yang sangat ingin ku temui tapi aku tak bisa melakukan nya.
Ketemu!
Aku melihat nya sedang bersama dengan Chanyeol, teman sekelas nya yang
tengah menikmati pertunjukan nya juga. Mungkin ia tak tau kalau ada aku
disini. Oh! Chanyeol melihat ku! Aku segera berpura-pura tak tau
keberadaan mereka dan kembali menonton pertujukan. Sambil sesekali
melirik mereka, aku tau bahwa Chanyeol sudah memberi tau Sehun bahwa ada
aku disini
Dalam hati kecil ku aku senang Sehun
mengetahui keberadaan ku disini, dan aku berharap bahwa ia menghampiri
ku lalu menyapa ku. Tapi itu terlalu mustahil rasanya. Hingga aku
menyadari bahwa ia pergi meninggalkan tempat ini bersama Chanyeol, aku
mendesah kecewa. Ia tak menyapa ku sama sekali.
***
Aku
menggeliat kecil di atas tempat tidur ku, merenggangkan otot-otot ku.
Aku baru bangun tidur siang dan rasanya menyegarkan tidur siang setelah
semalaman aku tidur jam 2 pulang berjalan-jalan bersama teman ku.
“Seul-ah, tadi ada yang menelepon ponsel mu.” Ucap ibu ku saat melihat ku keluar dari kamar ku.
“Benarkah? Siapa?” Tanya ku.
“Sehun.” Jawab ibu ku singkat.
Sehun?
Tanpa pikir panjang aku langsung menyambar ponsel ku dan melihat apakah
ibu ku berkata benar atau tidak. Dan ternyata benar, Sehun menghubungi
ku. Ada apa? Apakah ini mimpi? Apa ia tak salah menghubungi ku lagi?
Banyak pertanyaan muncul dalam benak ku. Sejujurnya aku sangat senang
bahkan bahagia ketika ia menghubungi ku lagi.
Aku
segera mengirim pesan pada ponsel nya, menanyakan ada perihal apa ia
menghubungi ku. Ia membalas dan mengatakan bahwa ia merindukan ku
gara-gara mendengar sebuah lagu yang mengingatkan nya padaku. Aku
tersenyum bahagia, sungguh-sungguh bahagia bahwa dia kembali menghubungi
ku.
***
2 hari setelah ia menghubungi ku,
ia kembali tak menghubungi ku. Entah karena alasan apa. Aku berharap
bahwa ia akan menghubungi ku lagi. Aku terus menunggu dan menunggu tapi
sampai liburan sekolah selesai, ia masih tak menghubungi ku.
Semalam
sebelum ia menghilang, aku sempat menelepon dia dan membicarakan banyak
hal dengan nya. Ia bahkan bertanya apakah aku rela kalau ia mempunyai
kekasih baru, aku tak menjawab pertanyaan nya dan malah mengalihkan
pembicaraan nya. Namun tiba-tiba ia menutup sambungan telepon nya tanpa
alasan yang jelas dan itu membuat ku sangat kecewa sekaligus sedih. Ia
kembali menghilang dan memutuskan untuk pergi dari hidup ku.
***
Beberapa
hari setelah sekolah masuk, aku menghubungi Eunsang, teman sekelas nya
yang juga merupakan teman ku. Aku menanyakan beberapa hal kepada nya
mengenai Sehun. Tapi ia malah menasehati ku dan mengatakan sesuatu yang
tak terduga untuk ku.
Ia berkata bahwa aku dan Sehun
tak cocok. Sehun bukan pria yang baik untuk ku. Ia berkata bahwa ia
mengetahui Sehun adalah seorang playboy sejak 3 bulan yang lalu. Ia
berkata bahwa Sehun bukan tipe pria yang setia pada pasangan nya padaku.
Sebelum hubungan kami berakhir, Sehun selalu menggoda banyak wanita
bahkan mantan kekasihnya juga. Sehun bahkan bermesraan dengan mantan
kekasihnya di belakang ku.
Aku terkejut mengetahui nya.
Aku tak menyangka bahwa sosok Sehun yang sebenarnya adalah seperti itu,
sosok Sehun yang ku tau baik dan selalu aku bangga-banggakan terhadap
semua orang ternyata bersikap seperti itu di belakang ku. Kejam.
Aku
mengirim pesan pada Sehun mencurahkan beberapa isi hatiku yang
mengatakan bahwa aku benar-benar kecewa dan tak menyangka bahwa ia
seperti itu. Tapi ia hanya membalas pesan ku dengan mengatakan bahwa ia
meminta maaf. Hanya kata maaf yang ia ucapkan. Maaf? Apa dengan sebuah
kata maaf itu dapat menghapus semua rasa kecewa ku padanya? Apa dengan
sebuah kata maaf itu dapat menghapus rasa sakit yang aku rasakan di
dalam hati ku? Tidak semudah itu. Ia terlalu kejam. Tak punya hati.
Tak terasa liquid bening itu mengalir dari pelupuk mata ku. Melampiaskan rasa sakit yang ada dalam hatiku.
Aku
berjalan ke arah cermin besar yang terdapat dalam kamar tidur ku, lalu
bercermin sambil meratapi nasib buruk ku. Miris. Satu kata yang dapat
menunjukkan keadaan ku sekarang. Tubuh ku lebih kecil dari sebelum nya
karena semenjak hubungan ku dan Sehun berakhir, aku tak mau makan. Nafsu
makan ku hilang begitu saja. Sungguh miris bukan?
***
Seminggu
setelah kejadian itu, dan setelah sekolah masuk, akhirnya aku tau bahwa
ia benar-benar ingin pergi meninggalkan ku. Bahkan aku mendengar kabar
dari teman-teman sekelasnya bahwa ia sudah mempunyai kekasih baru.
Secepat itukah? Dalam 3 minggu hubungan nya berakhir dengan ku ia sudah
mempunyai kekasih baru?
Entah mengapa aku langsung
menangis mendengar nya. Hatiku sakit mendengar nya. Kenapa? Kenapa ia
bisa secepat itu mendapat kekasih baru? Apa ia sudah tak menyayangi ku
sama sekali? Atau bahkan ia tak pernah menyayangi ku sama sekali selama
ini? Padahal hubungan kami sudah begitu lama.
Tapi…
Sungguh rasanya menyakitkan!
Dan kini aku hanya bisa apa? Selain menangis dan meratapi nasibku sendiri. Miris. Kejam. Aku benci dengan semua ini.
-END-
Entri Populer
-
Title : My Peterpan -oneshoot- Cast : Han Hyu Ri (OC), Kim Seok Jin (BTS), and other cast. Genre : sad, romance, and other. Warning : typ...
-
Title : Hyun Family -oneshoot- Subtitle : Taehyung yang malang Cast : Kim Taehyung (BTS), Jung Daehyun (B.A.P), Byun Baekyun (EXO), and ot...
-
Title : A Ballons -oneshoot- Cast : Jeon Jungkook (BTS) , Park Jihae (OC), and other BTS member. Genre : romance Warning : typo's ...
-
Title : True Story Of Baekyeol Couple #Chapter3 -END- Cast : Baekhyun (EXO), Chanyeol (EXO), and all EXO member. Genre : Membership...
-
Title : You Dont Know Love -oneshoot- Cast : Kim Taehyung (BTS), Kim Hyuki (OC), and other cast. Genre : romance, little sad, and other. ...
-
Title : True Story Of Baekyeol Couple #chapter1 Cast : Byun Baekhyun (EXO), Park Chanyeol (EXO), and all EXO member. Genre : Membersh...
-
Title : True Story Of Baekyeol Couple #Chapter2 Cast : Baekhyun (EXO), Chanyeol (EXO), and all EXO member. Genre : Membership, sad ...
-
Title : Memories -oneshoot- Cast : Kim Jong Dae a.k.a Chen (EXO), Bae Suzy (Miss A) Genre : sad Warning : typo’s every where. Dont read...
-
Title : Hyun Family Subtitle : Taehyung yang kabur Cast : Kim Taehyung (BTS), Jung Daehyun (B.A.P), Byun Baekyun (EXO), and other. Genre ...
-
Title : Summer -oneshoot- Cast : Sung Ji Hyo (OC), Kim Hye Won (OC), Park Jimin (BTS) Genre : Friendship, sad, and other. Warning...
Senin, 09 Maret 2015
Kamis, 12 Februari 2015
Choi Jun Hong aka Zelo B.A.P // A Trouble -oneshoot-

Title : A Trouble -oneshoot-
Cast : Choi Jun Hong (Zelo B.A.P)
Genre : family life
Note : typo's everywhere. Please RCL! Hargai karya saya please
Author : A. Rusli
Cover by : A. Rusli
Facebok : Andini Annarchy Rusli (Andin)
-Author POV-
Junhong terbangun dari tidur nya saat ia mendengar bunyi mobil di depan rumah nya. Ia berjalan ke arah jendela kamarnya dengan mata yang masih terkantuk. Melihat siapa yang akan pergi atau datang malam-malam begini?
Ia melihat ibu dan kedua kakak nya memasuki mobil itu. Sebelum memasuki mobil, ibu nya melihat ke arah jendela kamar Junhong. Terkejut melihat Junhong sedang memperhatikan mereka dan terburu-buru masuk ke dalam mobil itu. Kemudian mobil itu melesat pergi meninggalkan kediaman rumah keluarga Choi.
Junhong tersenyum melihat nya, entah untuk alasan apa ia tersenyum dan berpikir 'ah mungkin ini hanya mimpi buruk? Ibu dan kedua kakak ku tak mungkin pergi meninggalkan ku'. Junhong kembali berjalan menuju tempat tidur nya dan terlelap kembali, berharap bahwa akan ada keadaan yang lebih baik saat ia terbangun esok.
**
Junhong terbangun pagi-pagi sekali. Menggeliat kecil dan merenggangkan badan nya. Ia berjalan menuju kamar kakak pertama nya, Choi Jun Sik.
"Hyung! Buka pintu nya! Aku ingin masuk!"
Tak ada jawaban.
"Hyung! Apa kau belum bangun?"
Masih tak ada jawaban.
"Ck! Baiklah aku akan masuk!"
Junhong membuka pintu kamar Junsik, tak ada siapapun. Kamar nya sudah rapih. Mungkin ia sudah turun ke bawah untuk sarapan?
Junhong kembali berjalan ke kamar kakak kedua nya, Choi Jun Ki.
"Hyung, apa kau sudah bangun?"
Tak ada jawaban.
"Hyung, buka pintu nya!"
Tetap tak ada jawaban.
"Ishh! Baiklah akan ku buka kalau hyung tidak menjawab! Jangan salahkan-."
Ucapan Junhong terhenti ketika melihat kamar Junki juga tak ada siapapun dan kamar nya juga sudah rapih. Junhong kembali berpikir bahwa mungkin hyung nya itu sudah ada di bawah sana untuk menunggu nya bangun dan kemudian sarapan.
Junhong berjalan gontai ke bawah, menuruni anak tangga dengan perlahan. Tapi saat ia melihat ke meja makan dan dapur, tak ada siapapun.
"Junsik hyung, Junki hyung, kalian dimana?" Teriak Junhong.
Tak ada jawaban.
Junhong berlari menuju kamar orangtua nya, berharap bahwa kedua kakak nya bersembunyi di dalam kamar orangtua nya.
"Eomma! Kemana hyung per-." Lagi-lagi ucapan Junhong terhenti saat ia tak menemukan siapapun di dalam kamar orangtua nya. Namun kamar ini berantakan dan kacau, tidak seperti kamar kedua kakak nya.
Junhong berpikir, apa mungkin mereka sedang bermain petak umpet? Mencoba menjahili nya kemudian memberikan nya sebuah kejutan? Tapi atas dasar apa kejutan itu? Tak ada yang spesial hari ini. Junhong juga tidak berulang tahun saat ini.
Junhong terus memikirkan nya sambil berkeliling rumah nya. Tapi hasil nya adalah....
Kosong
Nihil
Zero
Zonk
Tak ada siapapun di rumah nya saat ini. Kemana mereka semua pergi? Junhong tidak terlalu memikirkan kemana ayah nya pergi karena ayah nya sudah pasti belum pulang dari bar dan acara mabuk-mabukan nya. Ck! Sosok seorang ayah yang sangat buruk.
Kembali ke pembicaraan awal. Kemana ibu dan kedua kakak Junhong pergi? Bahkan mobil ibu nya pun tak ada di bagasi rumah nya. Tiba-tiba Junhong teringat pada mimpi nya semalam. Mimpi? Mungkinkah itu bukan mimpi? Tapi kenapa? Kenapa mereka pergi meninggalkan Junhong? Atas alasan apa mereka berbuat seperti itu?
"Yak! Dimana kalian semua?!" Teriak Junhong frustasi.
CEKLEK
Pintu depan rumah nya terbuka. Muncullah sosok sang ayah -tak berguna- dari baik pintu. Bau alkohol tercium sangat menyengat dari badan ayah Junhong.
Junhong menatap tajam ayah nya.
"Ada apa bocah kecil? Kenapa kau menatap ku seperti itu?"
Junhong diam. Tak merespon.
"Oh! Kau pasti mencari kedua kakak mu dan wanita sialan itu bukan?"
Junhong masih diam.
"Sayang sekali. Mereka semua sudah pergi! Pergi! Pergi meninggalkan kau dan aku."
Hening. Junhong masih enggan menjawab.
"Kau pasti bertanya bukan apa alasan mereka pergi?"
"Tak perlu kau jawab pun aku sudah tau! Mereka pasti pergi karena tak tahan dengan sikap mu!" Akhir nya Junhong angkat bicara.
"Ckck! Kau pintar rupa nya. Lalu kenapa mereka tak mengajak mu? Apa kau tau jawaban nya?"
Junhong diam. Ia tak tau. Sebenar nya ia juga penasaran alasan nya.
"Diam? Ckck! Tentu saja kau akan diam. Dengar! Sebenar nya kau itu bukan anak ibu mu. Oh! Kau anak ku. Tapi bukan dari rahim ibu mu. Kau itu anak dari wanita jalang penggoda di bar itu. Dia menggoda ku lalu hamil dan tak mau bertanggung jawab mengurus dirimu. Dia menyerahkan mu padaku saat kau lahir. Ck! Menyusahkan! Kenapa ia tak membunuh mu saja saat kau masih dalam kandungan nya?"
Junhong tak percaya atas apa yang ayah nya katakan. Junhong mengepalkan lengan nya menahan emosi. Benarkah itu? Apa ia harus percaya? Tapi...
"Arghh! Diam kau!" Teriak Junhong sambil pergi ke kamar nya dan membanting pintu sekeras-keras nya.
"Ck! Dasar anak pembawa sial!" Ucap ayah Junhong sambil berjalan sempoyongan ke kamar nya.
* *
Junhong terbangun dari tidur nya dengan mata sembab. Seharian kemarin ia terus menangis dan tak keluar kamar. Junhong lapar, tapi ia tak mau keluar kamar dan bertemu dengan ayah -tak berguna- nya itu.
Junhong berharap bahwa hal yang terjadi kemarin adalah mimpi. Tapi itu tak mungkin. Ia tak bisa berharap bahwa semua ini hanya bunga tidur nya dan berharap mereka hanya menjahili nya saja lalu berkata 'sureprise! Ini hanya sebuah tipuan! Apa kau tertipu?'. Tapi itu semua rasanya sungguh tak mungkin mengingat yang ia alami kemarin begitu nyata.
Junhong berjalan keluar kamar nya layak nya zombie hidup. Penampilan nya sangat kacau dengan tatapan mata nya yang kosong. Berjalan menuruni anak tangga satu persatu. Perut nya sangat lapar jadi ia memasak ramen instan untuk dirinya sendiri.
Junhong membuat 2 ramen instan itu karena ia begitu lapar. Memakan nya dengan lahap tanpa mempedulikan ayah nya.
"Oh anak manis! Rupa nya kau sudah bangun?"
Junhong diam tak menjawab. Ia terus saja memakan ramen nya.
"Cepat selesaikan sarapan mu dan bergegas mandi juga berpakaian rapih. Aku akan mengajak mu ke suatu tempat."
Junhong diam. Mengacuhkan setiap perkataan ayah nya itu.
"Yak! Apa kau tuli hah?! Ku bilang cepat!"
Ayah Junhong berteriak sambil menggebrak meja makan. Membuat nafsu makan Junhong hilang seketika. Junhong meninggalkan ramen yang tinggal setengah itu dan berjalan ke atas kamar nya. Entah kenapa ia menuruti permintaan ayah nya untuk mandi dan berpakaian rapih.
* *
Ayah Junhong membawa nya ke sebuah rumah besar. Entah rumah milik siapa. Menggiring Junhong untuk masuk ke sebuah kamar dengan banyak foto anak kecil seumuran dengan Junhong.
Junhong menunggu dalam diam di kamar itu. Dalam hati nya ia bertanya-tanya 'untuk apa aku disini?'. Namun Junhong tak menemukan jawaban nya sampai pintu kamar itu terbuka dan pria dengan umur berkisar 40 tahun masuk ke dalam kamar itu.
"Kau pasti Choi Jun Hong bukan?" Tanya pria itu.
Junhong hanya mengangguk sambil memperhatikan pria itu.
"Ternyata kau lebih tampan dan manis dari foto mu. Ah! Panggil saja aku Tuan Park."
Lagi-lagi Junhong hanya mengangguk.
Tuan Park mendekati Junhong dan membelai pipi Junhong.
"Un-untuk apa aku disini?" Tanya Junhong takut.
"Untuk apa? Aku telah membayar mu kepada ayah mu. Jadi, kau harus melayani ku dengan puas." Jawab Tuan Park sambil menyunggingkan smirk nya.
Junhong terdiam, memikirkan apa maksud dari ucapan Tuan Park. 'Membayar? Melayani? Apa maksudnya?'
Hingga tiba-tiba Tuan Park menyentuh alat kelamin Junhong dan membuat Junhong menjerit kaget.
"Layani aku dengan puas, anak manis." Ucap Tuan Park sambil mendorong tubuh Junhong ke ranjang.
Apakah mungkin? Yak! TIDAAAKKK!
Junhong ingin sekali memberontak, tapi tenaga nya tak cukup kuat untuk melawan pria dewasa itu. Jadi ia hanya pasrah.
* *
Junhong kembali menangis dalam kamar nya. Ia tak mau keluar kamar nya semenjak pulang dari rumah Tuan Park. Kepolosan dan kesucian Junhong sudah ternodai oleh pria homo dan pedofil seperti Tuan Park. Terlebih lagi ayah nya sendiri lah yang menjual nya kepada Tuan Park. Sungguh kejam bukan?
* *
2 hari setelah kejadian itu, ayah Junhong masuk ke kamar Junhong. Menyuruh Junhong untuk ikut dengan nya lagi menemui Tuan Park. Bahkan ia tak mempedulikan Junhong yang sedang sakit dan tak mau makan semenjak kejadian itu. Ayah macam apa dia? Bahkan ia tak pantas di sebut sebagai seorang ayah.
* *
Kini Junhong tengah duduk dan menunggu dalam diam di kamar yang berada dalam rumah Tuan Park. Kamar yang sama dengan kamar yang telah menjadi saksi kekejaman yang telah menimpa Junhong.
Junhong sengaja mematikan lampu kamar itu dan tengah memegang sesuatu di tangan kiri nya yang ia sembunyikan di balik bantal.
CEKLEK
Pintu terbuka sebagai tanda Tuan Park masuk.
"Kenapa lampu nya mati?" Tanya Tuan Park heran.
"Aku-aku ingin lampu nya mati." Jawab Junhong gemetar.
"Oh! Kau mau bermain dalam gelap, baby? Baiklah itu tak masalah." Ucap Tuan Park.
Tuan Park menutup pintu dan berjalan mendekati Junhong. Sedangkan Junhong tengah bersiap dengan sesuatu di tangan nya.
"Kemarilah, baby." Ucap Tuan Park sambil membelai pipi Junhong.
JLEB
Junhong menusukkan pisau yang ia bawa sembunyi-sembunyi dari rumah nya ke perut Tuan Park.
"Kau! Akhh!!" Erang Tuan Park sambil memegang perut nya.
Junhong kembali menusukkan pisau itu, kali ini ke dada Tuan Park.
"Akhh! Anak sialan!" Teriak Tuan Park.
"Mati kau! Ahaha! Mati kau! Dasar pria tua homo! Mati kau! Dasar pedofil! Mati kau! Ahaha! Mati kau!" Ucap Junhong berkali-kali sambil terus menusukkan pisau itu ke tubuh Tuan Park.
Bagai kehilangan akal sehat, Junhong terus menusukkan pisau itu tanpa ampun ke tubuh Tuan Park tanpa menghiraukan erangan kesakitan Tuan Park. Tenaga Junhong juga mendadak kuat saat Tuan Park memberontak melawan nya.
* *
Kini Junhong tengah berjalan dengan pandangan kosong sambil memegang pisau tadi ke rumah nya. Hari sudah sangat larut jadi hanya sedikit orang yang melihat nya dengan penampilan sangat kacau dan darah di sekujur tubuh nya. Itu bukan darah Junhong, Junhong baik-baik saja. Tak ada sedikit pun luka di tubuh nya.
Darah itu adalah darah Tuan Park yang telah mati menggenaskan di rumah nya. Junhong selamat dari penglihatan pembantu-pembantu setia Tuan Park karena ia keluar rumah itu lewat jendela kamar dan mengendap-endap menjauhi rumah itu.
"Yak! Choi Jun Hong! Apa yang terjadi?" Teriak ayah Junhong saat Junhong datang ke rumah nya.
Junhong tak menjawab melainkan terus berjalan sambil menatap kosong ke arah nya.
"Jawab aku!" Teriak ayah Junhong menahan lengan Junhong.
"Aku.. Telah.. Membunuh pria homo itu.." Jawab Junhong santai.
"Apa? Yak! Bagaimana mungkin?!" Teriak ayah Junhong tak percaya.
"Kenapa? Kau ingin aku bunuh juha hah?" Tanya Junhong sambil mengacungkan pisau itu.
"Apa? Yak! Apa kau bilang hah?!" Teriak ayah Junhong.
JLEB
Junhong menusukkan pisau itu ke perut ayah nya.
"Aakhh! Apa yang kau lakukan?! Akhh!" Erang ayah Junhong.
JLEB
Junhong kembali menusukkan pisau itu ke tubuh ayah nya. "Apa yang ku lakukan? Aku tidak tau apa yang ku lakukan tapi ini sangat menyenangkan."
"Akhh!" Erang ayah Junhong saat Junhong kembali menusukkan pisau itu ke tubuh nya.
Junhong terus menusukkan pisau itu ke tubuh ayah nya tanpa ampun sampai ayah nya benar-benar tak bernyawa.
Junhong tertawa puas. "Mati kau! Ahaha!"
Setelah melakukan nya, Junhong mengambil bensin dari bagasi rumah nya dan menyiramkan nya ke sekujur jasad ayah nya. Membakar jasad ayah nya dan duduk di sofa depan jasad ayah nya yang terbakar.
"Tontonan yang sangat menarik." Ucap Junhong sambil memandang jasad ayah nya yang terbakar dengan pandangan kosong.
Api menyebar cepat dari jasad ayah Junhong ke seluruh rumah ini. Junhong tersenyum lalu kemudian ia tak sadarkan diri akibat kepala nya yang terasa sangat sakit dan perut nya yang lapar.
* *
Junhong membuka mata nya dan bertanya dalam batin nya 'apakah ini surga? Apakah ia sudah mati?'. Matanya menangkap berbagai alat kedokteran di sekeliling nya dan sebuah alat bantu pernafasan di mulut nya.
Rumah sakit? Ia tak mati. Ia berada di rumah sakit sekarang.
"Eomma! Junhong sudah sadar!" Teriak seseorang.
Junhong tau siapa itu, suara Junki, kakak kedua nya.
Tak lama kemudian, dokter dan seorang suster masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan Junhong.
Junhong mengamati orang-orang di sekitar nya. Dokter,suster, dan kedua kakak nya. Entah kenapa wajah mereka berubah menjadi wajah ayah nya dan Tuan Park yang tengah menyeringai kepada nya.
"Kalian? Bagaimana mungkin? Pergi! Mati! Kalian sudah mati! Bunuh! Bunuh! Aku sudah membunuh kalian!" Teriak Junhong.
"Junhongie, apa yang kau katakan?" Tanya Junsik.
"Diam! Kau! Mati! Bunuh! Mati! Mati!" Racau Junhong.
Junhong terus meracau sampai dokter menyuntikkan obat penenang ke dalam tubuh nya.
* *
"Junhong beruntung ia masih sempat di selamatkan. Terlambat sedikit saja ia pasti akan ikut hangus terbakar." Ucap Dr. Kim, dokter yang menangani Junhong.
"Ya, aku sangat bersyukur Junhong selamat. Aku dan kedua anak ku langsung kemari saat mendengar kabar rumah dulu kami terbakar dan Junhong di bawa ke rumah sakit." Ujar ibu Junhong.
"Rupa nya Tuhan masih menginjinkan Junhong hidup." Kata Dr. Kim tersenyum.
"Ya, dokter. Apa yang terjadi pada Junhong?" Tanya ibu Junhong pada Dr. Kim.
"Junhong mengalami depresi. Selama ini ia mendapat tekanan batin yang membuat nya merasa sangat depresi. Tubuh nya juga sangat lemah. Seperti nya ia belum makan beberapa hari terakhir." Jawab Dr. Kim.
Ibu Junhong menangis mendengar keadaan Junhong seperti itu.
"Terlebih lagi adalah..." Dr. Kim menggantungkan ucapan nya. Ia menghela napas berat.
"Apa, dokter?" Tanya Junsik penasaran.
"Ia sangat mengalami hal-hal yang berat. Sepertinya Junhong sudah tidak suci lagi. He's not virgin again." Ucap Dr. Kim.
"A-apa?!" Pekik Junsik dan Junki kaget.
Ibu Junhong tercengang mendengar nya, ia menutup mulut nya untuk meredam suara tangis nya.
"I-ini salah ku. Hiks.. Ka-kalau saja aku tak meninggalkan nya dengan lelaki brengsek itu. Hiks.. Aku sadar ini bukan salah Junhong jika ia bukan anak kandung ku. Hiks.." Sesal ibu Junhong.
"Sudahlah, eomma." Ucap Junki menangkan ibu nya. * * Junhong beruntung umur nya masih 15 tahun. Jadi ia tidak di jebloskan ke penjara meski ia terbukti melakukan pembunuhan atas ayah nya dan Tuan Park. Ia masih terlindungi oleh undang-undang perlindungan anak.
Hari ini Junhong sudah bisa pulang dan meninggalkan rumah sakit. Tubuh nya sudah membaik.
"Tolong bawa pergi Junhong dan antarkan dia pulang ke rumah. Eomma akan mengurus biaya perawatan nya selama di rumah sakit bersama Junki." Ucap ibu Junhong kepada Junsik.
"Baik, eomma." Jawab Junsik.
* *
Junhong melihat pemandangan kota dan jalan raya melalui jendela mobil milik ibu nya sambil memikirkan sesuatu. Ia merapatkan jaket lusuh nya karena merasa sedikit kedinginan.
"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Junsik membuyarkan lamunan Junhong.
"Keadaan ku membaik, hyung." Jawab Junhong.
"Baguslah." Ucap Junsik sambil tersenyum.
Junhong tersenyum dan kembali melihat pemandangan kota dan jalan raya.
Junsik memandangi Junhong. Bergidik ngeri membayangkan apa yang telah Junhong lakukan. Bagaimana bisa adik kecil nya ini bisa membunuh 2 orang pria dewasa dalam kurun waktu sehari? Sungguh mengejutkan adik kecil nya ini bisa menjadi malaikat pencabut nyawa.
"Junhongie, tunggu disini. Aku ingin membeli beberapa makanan ringan untuk mu nanti." Ucap Junsik sambil memparkirkan mobil nya di depan sebuah mini market.
Junhong mengangguk.
5 menit..
10 menit..
15 menit..
20 menit..
Junsik tak kunjung datang. Junhong lelah menunggu. Mungkin kakak nya itu ingin meninggalkan Junhong untuk yang kedua kali nya. Junhong tak mempermasalahkan itu lagi. Ia menjadi terbiasa di perlakukan seperti itu.
Ia melihat kerumunan wanita berpakaian seksi memasuki sebuah gang kecil di seberang jalan. Apa mereka pergi ke sebuah bar?
Tiba-tiba muncul ide gila di pikiran nya. Dengan mengambil beberapa lembar uang yang berada di dasbor mobil milik ibu nya, ia membuka pintu mobil itu dan pergi ke gang itu.
Tebakan nya benar, di dalam gang kecil itu terdapat sebuah bar yang di datangi orang-orang dewasa berbagai macam umur. Tak ada yang seumuran dengan nya tapi Junhong nekat masuk ke dalam bar itu.
"Halo anak kecil." Sapa seorang pria dewasa.
"Aku bukan anak kecil." Bantah Junhong dengan wajah tanpa ekspresi.
"Oh mencoba menjadi bad boy huh?" Tanya pria itu lagi.
Junhong menyunggingkan smirk nya. "Apa kau punya rokok?"
"Tentu saja." Jawab pria itu.
"Bisakah aku minta? Dan ijinkan aku bergabung dengan mu"
Junhong sudah terlanjur merubah sikap nya. Kini ia tak takut lagi pada siapapun. Ia ingin hidup sesuai kehendak nya tanpa di atur oleh siapa pun. Dan ia memilih untuk menjadi seorang bad boy.
-END-
Langganan:
Postingan (Atom)